alfredo-1.jpg

alfredo-rip.jpg

11/02/08 14:24

Jakarta (ANTARA News) – Alfredo Alves Reinado (40), tentara yang membelot dari militer Timor Leste, dilaporkan tewas saat memimpin serangan terhadap Presiden negara itu Jose Ramos-Horta, Senin.

Reinado, mantan mayor dalam militer Timor Leste (FDTL), membelot pada 4 Mei 2006 untuk bergabung dan memipin sekira 600 tentara yang dipecat oleh Komandan FDTL Brigadir Jenderal Taur Matan Ruak. Mereka dipecat Maret 2006 setelah mengeluhkan ketidakadilan dalam kenaikan pangkat.

Pemecatan itu memicu aksi kekerasan di Dili yang memaksa pemerintah mengundang pasukan asing untuk membantu memulihkan situasi keamanan di negara termuda di Asia itu. Pada 26 Juli 2006, Reinado ditangkap oleh pasukan gabungan Australia dan Portugal atas tuduhan memiliki senjata ilegal. Ia memprotes penangkapannya dan menolak menandatangani berita acara pengadilan.

Pada 30 Agustus 2006, Reinado melarikan diri dari penjara utama di Dili bersama 50 pengikutnya.Jauh sebelum Timtim lepas dari Indonesia, Reinado sempat bekerja membantu logistik TNI di Sulawesi dan Kalimantan.

Sekitar tahun 1990, Reinado melarikan diri ke Australia dan bekerja di sebuah pelabuhan di Western Australia.Setelah referendum penentuan status Timtim, Reinado kembali ke negara itu dan masuk tentara FDTL. Reinado kemudian diangkat menjadi Komandan Unit Angkatan Laut.

Selama beberapa tahun, Alfredo menjalani pelatihan militer dari Dinas Pertahanan Australia, mempelajari manajemen militer pada 2003 dan manajemen darurat pada Agustus 2004. Pada 2005, ia merampungkan tiga bulan pelatihan di Australian Joint Command and Staff College di Canberra.

Selain Australia, Alfredo juga menjalani pendidikan militer di Potugal dan Brasil.

Saat menjalani pelatihan di Australia, Alfredo terlibat asmara dengan seorang wanita tentara yunior Timtim di sana. Akibatnya ia diberhentikan dari komandan unit angkatan laut, dan dialihtugaskan sebagai komandan polisi militer.

Kehidupan serdadu flamboyan itu berakhir pada Senin, 11 Februari 2008. Jurubicara militer Timtim Mayor Domingos da Camara mengatakan Reinado tewas saat melakukan serangan terhadap Presiden Horta. Presiden Horta dilaporkan terluka di perutnya karena terkena tembakan dalam serangan menjelang fajar itu.(*)

COPYRIGHT © 2008

Sumber: http://www.antara.co.id/arc/2008/2/11/alfredo-reinado-tewas-melawan-ketidakadilan/

Berita terkait lainnya:

Alfredo Reinado Merasa Dikhianati

Senin, 11 Februari 2008
DILI (Suara Karya): Menjelang fajar di Bumi Loro Sae, serangan tembakan dilancarkan ke rumah Presiden Timor Leste Ramos Horta. Pemimpin serangan itu, Alfredo Reinado, tewas di tangan pengawal Horta.

Alfredo Reinado Alves, begitu nama lengkapnya, memiliki darah Portugis dari ayahnya, dan Timor Leste dari sang ibu. Wajah ganteng pria berusia 41 tahun itu sebenarnya tak asing bagi warga Indonesia. Dia sempat nongol di sebuah acara talkshow Kick Andy di Metro TV pada Mei 2007 lalu.Dalam wawancara itu, Alfredo mengungkapkan kemarahannya pada mantan Presiden Timor Leste Xanana Gusmao. Xanana dianggap telah berkhianat saat Alfredo menjadi buronan yang paling dicari.

Alfredo adalah mantan kepala polisi militer Falintil-Forcas da Defesa de Timor-Leste atau Falintil-FDTL. Pada tahun 2006, Alfredo bersama 600 pengikutnya melakukan desersi. Atas perintah Perdana Menteri Mari Alkatiri, mereka kemudian dipecat. Kemarahan atas pemecatan massal itu membuat mereka melakukan perlawanan. Bentrokan pun tak terhindarkan. Tak kurang dari 37 orang tewas dan sekitar 150 ribu warga mengungsi. Atas terbunuhnya sejumlah warga sipil dan polisi itu Alfredo menjadi buronan pemerintah. Xanana yang saat itu menjadi Presiden dan Horta menjabat Menlu meminta pasukan keamanan Australia untuk menangkap Alfredo. Saat bertahan di atas gunung, Xanana meminta Alfredo menyerahkan senjata.

Alfredo memenuhi imbauan itu dan turun ke Dili, menyerahkan sejumlah senjata kepada pasukan Australia. “Karena saya mematuhi perintah presiden sebagai komandan tertinggi,” ujarnya dalam talkshow Kick Andy. Namun dia kembali ditangkap dan dibui dengan tuduhan menyembunyikan senjata. Tak sampai 2 bulan di balik terali besi, Alfredo dan sejumlah anak buahnya melarikan diri. Alfredo merasa upaya hukum yang dia lakukan selalu kandas. Sementara dirinya dan anak buahnya terancam dihabisi. Alfredo memang marah besar pada Xanana. Meski demikian, agaknya pemimpin Timor Leste yang dulunya juga pemberontak itu telah menginspirasi Alfredo.

Selama menjalankan aksinya, Alfredo menggunakan taktik mirip Fretilin, kelompok pimpinan Xanana yang memberontak terhadap integrasi Timtim ke Indonesia. Taktik hit and run alias gerilya menjadi bekal Alfredo untuk melancarkan aksinya.

Dalam wawancara itu, Alfredo yang tampak gagah dengan seragam lorengnya tetap berkeyakinan dirinya tak bersalah. “Saya berusaha agar pertikaian internal tentara itu tidak meluas menjadi perang antaretnis,” ujarnya saat itu. (Berbagai sumber/Adi)

Sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=192492