Salah satu alasan memasukan tulisan ini ke blog saya ialah karena beberapa bulan lalu saya mengajar di SMAN 68 Jakarta, dimana sekolah ini yang dijadikan “pemantik” dalam tulisan yang menurut saya lagi “happening”. Stigma negatif yang dibangun oleh pihak-pihak tertentu melalui kekuatan media, melahirkan kecemasan rasional ummat Islam di Indonesia. Bagaimana tidak, ketika lelaki yang berjenggot, perempuan berjilbab panjang, pria bercelana cingkrang, maka diidentikkan dengan teroris, radikal, intoleran, bahkan hingga anti-Pancasila.
Semua ada masanya, kalau dalam tulisan ini meyakini pembaca dengan kalimat: tak ada yang abadi, tak ada yang bisa menebak masa depan. Seperti apa ceritanya, silahkan disimak bagian bawah ini:
Kisah Pelarang Jibab di Tahun 1980-an
Oleh: Setiardi, Jurnalis Senior
Inilah kisah soal liku-liku pelarangan jilbab di tahun 1982. Cerita ini kisahkan Majalah Panji Masyarakat yang dahulu didirikan oleh Buya Hamka. Kisahnya begini, empat siswi SMA Negeri 68 Jakarta dikeluarkan dari sekolah. Mereka dianggap melanggar aturan tentang seragam sekolah. Keempat siswi itu rupanya ngotot mengenakan jilbab, seperti keyakinan mereka atas ajaran agama Islam.
Dan kita tahu, saat itu rezim Orde Baru (Orba) alergi dengan simbol-simbol Islam. Pemecatan terjadi di banyak tempat. Bahkan ada yang diinterogasi di markas tentara karena memakai jilbab.
Seperti tak ingin lengah, Pemerintah Orba makin menegaskan larangan penggunaan jilbab di sekolah negeri. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan SK 052/C/Kep/D.82 tentang seragam sekolah. Intinya: tak ada ruang bagi pengguna jilbab di sekolah negeri. Yang bersikukuh menerapkan keyakinannya itu akan dikeluarkan dari sekolah.
Cerita selanjutnya makin seru. Bahkan kemudian muncul rumor soal ‘jilbab beracun’, yakni perempuan berjilbab yang menebar racun di pasar-pasar. Awal kisah ini di Pasar Rawu, Banten. Seorang perempuan dihajar massa dengan tuduhan menyebar racun di bahan makanan. Tudingan yang absurd. Saya duga itu untuk stigma negatif. [Apakah soal crossgender bercadar saat ini juga untuk stigma negatif? Entahlah].
Tapi rakyat bergerak. Demonstrasi menentang larangan jilbab merebak. Rejim tak mungkin melawan gelombang massa yang menguat. Terlebih, dinamika politik bergerak. Pendulum menuju ke kanan, mencari keseimbangan baru. Presiden Soeharto kemudian makin ‘akrab’ dengan kalangan Islam. ABRI, kekuatan utama Soeharto, makin didominasi tentara ‘hijau’.
Akhirnya pada 1991 Pemerintah secara resmi menguarkan SK Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah soal seragam sekolah yang baru. Siswi diperbolehkan memakai jilbab.
Nah. kini muncul lautan jilbab. 9 dari 10 eks teman sekolah perempuan kini berjilbab. Terlihat saat acara reuni atau arisan. Tak cuma itu, saat ini saya punya teman karib di TNI, seorang perwira menengah berpangkat Letkol, teman Facebook juga, yang mengenakan jilbab. Semua baik-baik saja. Dunia tak menjadi kiamat. Padahal dulu membayangkannya pun rasanya muskil.
Lalu apa moral cerita di atas? Tak ada yang abadi. Jika kini ramai soal larangan cadar dan celana cingkrang di instansi pemerintah [atas nama aturan seragam resmi], bisa saja suatu saat akan berubah. Dan bukan mustahil, anak-cucu para pejabat yang kini melarang cadar dan celana cingkrang itu justru memakainya. Tak ada yang bisa menebak masa depan!…
Sekarang malah ada paksaan memakai jilbab oleh kepala daerah. Yaitu setiap hri Jum’at, SEMUA sekolah dan murid wanita SEMUA agama.Dipksa harus memakai jilbab.Hal ini nantinyaa kan terjadi juga dengan pemakai cadar.
LikeLike
Jika benar apa yang bapak tulis: “SEMUA sekolah dan murid wanita SEMUA agama. Dipksa harus memakai jilbab”, ini namanya pelanggaran. Di banyak sekolah negeri di Jakarta, adalah benar kalau hari Jum’at, putri diharuskan memakai jilbab untuk sebuah pelatihan krn menutup aurat (rambut) bagi seorang perempuan Islam itu hukumnya wajib. Bagi mereka yang belum menggunakan jilbab, maka di setiap jum’at adalah pelatihannya. Jika, nantinya dia memilih untuk tidak berjilbab, itu hak dia. Sekolah tsb PASTI, membebaskannya. Selain Jum’at bebas. Non Muslim, tidak dihimbau apalagi diharuskan.
Jika benar ada pelanggaran yang bapak maksud, bakalan ramai ke media itu pak…Headline berita bisa begini contohnya: “kepala daerah radikal, paksa perempuan non muslim pakai jilbab!”, bisa pula begini: “paksa seluruh siswi pakai jilbab, kepala daerah tergolong intoleran”….
Pernyataan bapak yang ini: “Hal ini nantinyaa kan terjadi juga dengan pemakai cadar”. Tidak akan terjadi, bapak tidak usah berlebihan. Muslim di Indonesia bukan muslim di Afganistan. Muslim di Indonesia paling toleran di dunia. Cek aja diberbagai penelitian, jurnal ilmiah, buku, atau di mbah gugel juga ada. Pak, dunia Islam jika mau belajar toleransi muslim, PASTI rujukannya ialah Indonesia. Monggo, di cari…..
Jika ada muslimah yang bercadar, bagi saya, silahkan. Itu hak privat, dilindungi oleh UU. Pak, Di dalam Islam, seorang bisa memilih apa yang harus dijalankan. Hidup seorang muslim itu seperti berbelanja di mall….silahkan pilih, silahkan ambil, tapi jangan lupa diujung sana ada kasir….kita harus bayar (mempertanggungjawabkannya), baik itu di dunia, terlebih di akhirat….
LikeLike
Teori mengenai hak privat itu juga hanya teori saja.Prakteknya lain. Kalau kita hidup dalam komunitas itu seperti di desa.Bahkan tidak memakai jilbab saja sudah dikucilkan .Minimal dicemooh.Idealisme agama itu jauh dari realias dan kenyataan.Bangun Pak !.
LikeLike
Saya sudah bangun pak, makanya saya meyakini bahwa Indonesia, muslim yang toleran. Sejauh ini, menyoal Jilbab di sekolah, tidak seperti yang bapak tuliskan,
Masih banyak banget yg positif di Indonesia, dibanding yg negatif. Ayo Pak optimis, begitulah kata Pak Presiden: optimis. Ayo Pak bangun.
Btw, sekolah mana yang bapak maksud, yg mewajibkan non muslim wajib pakai jilbab ?.
LikeLike
Kalimat: “Idealisme agama itu jauh dari realias dan kenyataan”, ya memang begitu adanya, bahkan sejak jaman nabi-nabi juga demikian. Oleh karenanya, saya menuliskan begini: Di dalam Islam, seorang bisa memilih apa yang harus dijalankan. Hidup seorang muslim itu seperti berbelanja di mall….silahkan pilih, silahkan ambil, tapi jangan lupa diujung sana ada kasir….kita harus bayar (mempertanggungjawabkannya), baik itu di dunia, terlebih di akhirat….
Yang mau ideal, monggo, jika mau semampunya juga gpp. Saya pikir, Islam itu adalah agama bebas. Bebas menentukan, mau taraf apa jadinya seorang muslim itu sesuai keinginan dan kemampuan muslim. Mau ideal, itu juga pilihan. Biasanya yang ideal perjuangannya hebat, dan banyak orang yang sulit melakukannya. Apa yang dilakukan, akan mendapat porsi ganjaran yang setimpal.
LikeLike
Semua agama sudah lama kadaluarsa karena tidak pernah direeavaluasi dan disesuaikan dengan WAKTU, KEADAAN danTEMPAT (hukum orang Arab juga harus brelaku bagi orang Eskimo).Tetapi FAKTA (impiannya tetap ke sorga yg diciptakan dengan 72 bidadari perawan abadi) sudah menjadi racun bagi manusia.Apalagi agama ygg malah bangga tidak berubah selama 1440 tahun.
LikeLike
SEMUA agama sudah lama kadaluarsa dan seprti obat malah menjadi racun bagi manusia.Karena tidak pernah di reevaluasi disesuaikan dgnWAKTU,TEMPAT( hukum orang Arab harus berlaku bagi orang Eskimo) dan KEDADAAN. Dan malah bangga bahwa setelah 1440 tidak berobah dan FAKTANYA tetap bermimpin tentng sorga seks ciptaannya dengan 72 bidadari perwawan abadi yg akan dihadiahkan pada pejuang jihad yag menghasilkan para teroris.
LikeLike
Yang mau berpakaian ARAB atau ESKIMO silahkan saja tetapi jangan seprti sekarang adanya TEKANAN MORAL sperti dikalangan TNI,PORI da PNS.Juga dikampung yg mengaku Islam akan dikucilkan.Padahal para puteri Arab dan penyiar TV, tidak ada yg berjilbab.Maupun istri PM Malaysia.
LikeLike
Mantan Gubernur Sumatra Barat yg perah menjadi Menteri Dalam Negeri, yg pernah mengeluarkan peraturan semua murid wanita dari semua sekolah dan semua agama harus memakai jilbab padahari Jumat.Apa itu masih berlaku.? Ini perah juga pernah terjadi di Maros Sulawesi Selatan.Karena rambut wanita itu dianggap aurat( Karna bisa menimbulkan ereksi pada lelaki?Dan Viagra jadi tidak laku?)
LikeLike
@WSuparmo silahkan berikan data yang valid.
LikeLike