Sudah beberapa hari belakangan ini, saya menulis bebrapa kalimat di dalam buku tamu SAS Online. Diantara sekian ratus SMA di Jakarta, ribuan guru, tidak ada satupun yang menanggapinya, kecuali teman satu sekolah.

Pembicaraannya, masih berkisar tentang idealisme seorang guru terhadap pendidikan, khususnya di Jakarta. Saya menyayangkan sikap diam atau tidak peduli oleh guru, bahkan untuk mengungkapkan pendapat saja tidak ada (baca: tidak berani). Pendapatku ini ternyata nyata adanya, salah satu sekolah yang pernah ku ajak cheting, mengungkapkan bahwa mereka merasa  prihatin dengan dikeluarkannya kami dari milis SAS, namun mereka tidak berani berbuat apa-apa, apalagi otoritas bermain di sana.

Saya amat yakin SAS dicibirkan oleh banyak guru di Jakarta. Dengan emosi, saya akan setuju dengan cibirin tersebut. Namun, apabila dipikir, rasanya SAS jangan “dibuang”, tapi diganti dengan sebuah sitem yang sejalan dengan KTSP, yang mengedepankan keberagaman. Adakah pejabat di Dikmenti yang memiliki idealisme dalam berpikir dan bertindak?. Ngak ada….mmmm, Langka, kali yeee…

Terlepas dari hal tersebut, ternyata clotehku dan teman satu sekolah di Buku tamu SAS, yang tidak digubris oleh rekan-rekan, ditanggapi oleh A*** selaku koordinator SAS DKI. Mau lihat??, berikut kronologisnya:

 

 

07/06/2008 7:11:18

AlhamduliLLLah…….AHIRNYA……..aelesai juga.

Mudah Mudahan…….si SUMARY gak kena mAcet….., aklum lah..lagi musim demo, Angkot juga lagi banyk yang Mogok, kerna alasan BBM….ANDAI si SUMARDY cepet datang, kan Bisa cepet di CEK (lagi)… …………………………. ayolah SUMARNY…buruan datang……aku udah kebelet melihatmu. jangan terlalu lama aku menunggumu, nanti bisa-bisa jadi ikutan BBM(Bener-Bener mabuk).

father 131613549

07/06/2008 10:11:09

…..
jangan kritis-kritis (atau sejenisnya) lhoooo pak fathur,..nanti nasibnya kaya Tim SAS SMA Negeri 32, didiskualifiksi (baca: dikeluarkan) dari milis SAS sejak tahun 2007, tapi kalau guru, kira-kira didiskualifikasi juga ngak yaaa????….

c1p
Newbie in Education
160000016

07/06/2008 12:39:49

jangan kritis-kritis (atau sejenisnya) lhoooo pak fathur,..nanti nasibnya kaya Tim SAS SMA Negeri 32,

………………..WOy…..Bang CIP!! Ini Aku Guru SMA 32 Jkt juga.
lagi pada ngesas di sekolah ya?….banyak yang datang?.siapa aja?.. Salam ya!!!
,,,,,YO WIS…..Selamat Berjuang.
JANGAN TAKUT UNTUK BERFIKIR, BERBICARA DAN BERTINTAK “CERDAS”.
he..he…kata orang Bijak, Hidup ini pilihan, dan setiap pilihan PASTI ada resikonya.
Okey…Selamat dan Sukses

Fathur 131613549

11/06/2008 11:30:15

Ada guru yang selalu ingin maju??. Namun sepertinya di Indonesia lebih banyak juga guru yang punya mentalitas suka pada kemapanan. Suka pada kemapanan di sini bukan dalam artian mapan dalam hal ekonomi—finansial. Suka kemapanan yang saya maksud adalah tidak punya motivasi untuk mengembangkan diri. Puas dengan apa yang sudah mereka miliki saat ini. Akibatnya mereka menjadi individu yang malas, tidak tertarik dengan sesuatu yang baru, walaupun sesuatu yang baru itu sangat penting bagi pengembangan profesi mereka sebagai guru.

Saya banyak melihat guru-guru yang kalau mengikuti penataran atau pelatiha—hanya sekedar ikut. Datang, duduk, diam, ngantuk atau ngrumpi, tidak mempunyai rasa ketertarikan terhadap apa yang sedang dibahas atau disampaikan oleh penatar. Lalu ketika pulang dari penataran atau pelatihan itu tak membawa apa-apa selain setumpuk hand out yang tak dipahami plus selembar sertifikat. (Sumber dari sebuah blog)              160000016

 

11/06/2008 11:35:03

(Diskusi akhir tahun??)

Bagaimana ya caranya agar tidak menjadi “guru asal”?, apa solusinya agar pelayanan terhadap siswa dapat memotret perkembangan kemampuannya secara holistik?, caranya seperti apa untuk menumbuhkan kepedulian dan kritis bagi guru-guru di SMA?

c1p
New in Education
160000016

11/06/2008 11:52:22

adakah guru yang peduli dengan pendidikan tingkat SMA di Jakarta, walaupun hanya sekedar berkomentar?

 

 160000016

 

 

11/06/2008 16:38:28

(Diskusi akhir tahun??)

Bagaimana ya caranya agar tidak menjadi “guru asal”?, apa solusinya agar pelayanan terhadap siswa dapat memotret perkembangan kemampuannya secara holistik?, caranya seperti apa untuk menumbuhkan kepedulian dan kritis bagi guru-guru di SMA?


Semoga snda bisa membanggakan dunia pendidikan Negeri ini ( kalau saya komentar nanti dibilang mubadzir laki, kerna sekarang saya udah tau siap yang nulis)

Fathur 131613549

 

11/06/2008 16:40:15

(Diskusi akhir tahun??)

Bagaimana ya caranya agar tidak menjadi “guru asal”?, apa solusinya agar pelayanan terhadap siswa dapat memotret perkembangan kemampuannya secara holistik?, caranya seperti apa untuk menumbuhkan kepedulian dan kritis bagi guru-guru di SMA?

Semoga snda bisa membanggakan dunia pendidikan Negeri ini ( kalau saya komentar nanti dibilang mubadzir lagii, kerna sekarang saya udah tau siapa yang nulis, ente kan teman satu sekolah, meski nulisnya di tempat yang berbeda)

Fathur 131613549

 

11/06/2008 22:37:34

Si anak bengal SMAN 32 rupanya lumayan juga. Saya diam-diam suka menyelinap masuk ke rumah mayanya di server SAS ini. Dan saya ckup bangga melihat kesungguhan mereka dalam memperjuangkan keyakinannya tentang suatu “visi” yang pastinya sarat dengan nilai-nilai idealisme. Di lain pihak, masa penghukuman ini mereka lalui dengan tetap bersemangat, entah dilandasi kegeraman krn idealismenya terasa terusik dan semangat utk membuktikannya. Saya agak terkesima ketika mereka mendaftarkan diri sebagai peserta BAWAL.dan hasilnya ? Saya harus mengatakan dengan tulus bahwa mereka berhasil melewati masa pengasingannya dengan kualitas prima seorang juara. Itulah yang sungguh membuat saya terharu. Okay para civitas academica SMAN 32, saya mengucapkan selamat atas keberhasilan anda semua. Semoga keberhasilan anda tidak mengaburkan idealisme dan membuat anda pongah. BRAVO SMAN 32 !!

A***

 

(waduh, kok font-nya kaya gini ya??..akibat copy-paste!)