Siang ini, di sekolah kami, beberapa guru dengan serius memandangi monitor komputer. Apa yang dipandanginya ialah, kotak-kotak yang akan dibubuhi skor dan nilai dalam portal SAS. Namun, antusias itu hilang semua ketika ada server ngak bisa diakses, sas dioffkan sementar. Pengumuman di sekolah kami menyatakan, sas dihentikan akrena ada yang akan dikalkulasi, khususnya kelas 12. Dan, apabila ada nilai raport kelas 12 yang belum tuntas, mak dituntaskan dengan edit manual. Beberap teman guru menggerutu.
Sekolah di Jakarta, khususnya SMA, saya rasa merasakan hal yang sama. Namun, kesamaan tersebut sangat berbeda dengan kepedulian dalam membahas dan mengomentari tentang SAS. Guru di Jakarta seakan “mati rasa” tentang SAS, dan saya melebelkan: “takut”. Saya mencatat ada beberapa yang peduli dengan SAS, terutama mereka yang kontra. Berikut kutipannya:
Kenapa SAS disebut asal-asalan?
Guru dapat dengan mudah membeli peta konsep, indikator dan silabus dari Penerbit atau dari toko buku
Dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru harus mengikuti 16 langkah penyusunan KTSP secara benar, sebelum dapat melakukan evaluasi dan mengisi rapor.
Sehingga tak ada cara instan bagi seorang guru untuk membuat silabus spt contek silabus guru lain.
Kurikulum KTSP juga terdiri dari Dokumen I dan Dokumen II Yang merupakan penjabaran visi dan misi sekolah dalam kegiatan operasional sehari-hari.
Dengan demikian, dalam KTSP, derajat guru adalah konseptor dan inisiator,
Sedangkan dalam SAS, guru diturunkan pangkatnya menjadi sekedar petugas adminstrasi, bahkan lebih buruk lagi, menjadi sekedar petugas data entry dari kurikulum2 yg dibuatnya sendiri tanpa bisa menjelaskan tujuannya.:eek:
Dengan begitu banyaknya data belajar online di SAS (420 SMA x 200 siswa x 10 mata pelajaran) bisa membuat server “hang”, lalu solusinya adalah : jam akses dibatasi.
Kalau hari dan jam akses dibatasi (yang juga pakainya kudu bayar), alternatifnya jauh lebih baik kalau data-data itu dikumpulkan saja di server masing-masing sekolah, praktis, ekonomi dan cepat saji.
Belum lagi masalah kekacauan data base. Nilai yang di-entry 6, bisa keluar di print out 3,3. Dan kesalahan ini tak bisa diperbaiki oleh pihak sekolah.
Sehingga seluruh data yg mau dicetak harus di re-check lagi, belum lagi kerusakan yang terjadi pada pengertian visi misi dari masing2 kurikulum yg berbeda satu sama lain. (Sumber: http://forum.kompas.com/archive/index.php/t-179.html)
setuju!
mbok ya SAS itu diperbaiki ^_^
—————————–
sepakat Pak!!
LikeLike
SAS msh SANGAT,TERLALU LEMAH SEKALI..
TUK SERVERNYA>>UPGRADE donk gan..
tujuannya mau memordenisasi&memudahkan para guru TP MALAH MENYUSAHKAN GURU2..BELUM SESUAI sm TUJUAN AWAL dibuatnya SAS..bisa dibilang Sistem yang Amat Susah..toh akhirnya kembali manual jg..gimana tuh gan??
————
gan, dah baca program SAS yang baru…ada tuh di blog ini
…lanjut komentarnya ya, setelah baca tulisan tersebut…
LikeLike
SAS itu tidak begitu penting, yang lebih penting adalah metode pengajaran guru, bagaimana siswa dapat menerima pelajaran dari setiap guru.
————-
Duh, maaf, pola pikir anda sudah tertinggal 20 tahun….pembelajaran kini tidak lagi demikian….
LikeLike
Seharusnya SAS itu apa penting nya sih……..???? tidak ada.
Kalau mau tetap ada SAS maka dari pihak DIKNAS nya harus fasilitasi dulu segala jaringan nya dengan baik serta menyediakan kapasitas server yang besar agar dapat menampung segala data & tak kalah pentingnya DIKNAS harus menyediakan sumber daya manusia yang terampil agar tepat guna dalam mengurus pengoperasian SAS.
NAH SEKARANG APA YANG DI BUAT PIHAK DIKNAS NYA HANYA MENGHAMBUR-HAMBURKAN UANG YANG TIDAK JELAS SASARANNYA SERTA SANGAT MENYUSAHKAN PIHAK GURU & SISWA.
PIHAK DIKNAS SADAR TIDAK APA YANG DIUSULKAN & DIPAKSAKAN TIDAK ADA FAEDAHNYA ??????
KALAU MAU IKUTIN KEMAJUAN NEGARA LAIN HARUS DILIHAT DONG SAMPAI SEJAUH MANA UPAYA DARI PIHAK DIKNAS MEMPERLANCAR ALAT BANTU DARI SAS ITU SENDIRI.
—————–
Oooooooooooooo…
LikeLike
bagaimana cara mengisi data untuk masuk kesas sma negeri jakarta begitu susah masuk
LikeLike
gampang pak….
LikeLike