Oleh:
Iwan Satyanegara Kamah
SEPULUH tahun silam, Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia dan menjadi negara baru. Sebuah transformasi dari wilayah yang paling dimanjakan Indonesia, menjadi negara yang paling ditelantarkan dunia.
KETIKA saya masih kuliah tahun 1990, beberapa teman saya yang mengambil jurusan ilmu antropologi ikut sebuah penelitian sosial ke Timor Timur. Ketika mereka selesai dan pulang, saya bertanya banyak tentang wilayah itu yang belum pernah saya kunjungi dan tidak banyak saya ketahui. Jawaban yang saya dengar cukup mengagetkan. Saya sulit percaya meski akhirnya saya bisa yakin tentang kesan teman-teman saya yang meneliti di Timor Timur.
“Jaman Portugis berkuasa, penduduk asli tidak boleh menginjak aspal jalan”, kata teman saya tentang keadaan saya. Artinya bukan karena aspalnya masih meleleh sehingga belum boleh diinjak atau digunakan. Tapi ini simbol diskriminasi yang artinya, Indonesia lebih baik dan lebih banyak memberikan sesuatu kepada rakyat Timor Timur, dibanding Portugal. “Lho? Indonesia ‘kan sudah membunuhi 200 ribu jiwa selama 27 tahun di wilayah itu?”, seperti gembar gembor yang selalu dihembus media barat yang anti Indonesia. Lalu berapa nyawa juga yang lenyap selama 400 tahun lebih kekuasaan Portugal di Timor Timur?” Silahkan ambil kalkulator dan buka-buka buku sejarah.
Lalu siapa sebenarnya yang memiliki dan punya hak menguasai Timor Timur? Mengapa ketika Indonesia masuk ke wilayah itu, sebagian besar negara barat dan konco-konconya menentangnya? Dan menganggap Indonesia sebagai “pembunuh”? Sementara Portugal dianggap anak manis? Padahal mereka tidak banyak berbuat banyak memajukan wilayah itu? Berapa lulusan akademi yang dihasilkan Portugal selama menjajah Timor Timur? Yang dikenal orang cuma Ir. Mario Carascalao, yang kemudian menjadi gubernur di sana. Berapa kilometer jalan yang dibuat oleh Portugal? Begitu merananya wilayah itu dibawah Portugal, sampai-sampai tidak dilirik oleh negara manapun. Bahkan Soekarno tidak pernah mengutak-atik wilayah itu selama berkuasa, juga Soeharto selama sepuluh tahun pertama masa pemerintahannya, tak punya ambisi territorial.
Dunia dibentuk dan dikendalikan oleh “survival of the fittest” , sebuah istilah mekanis untuk menggambarkan siapa yang kuat dia yang menang. Negara-negara kuat boleh sesuka hatinya berbuat semaunya kepada bangsa yang lemah. Amerika bebas membunuhi orang Vietnam, dari bayi sampai orang tua. Tak pernah dituntut apapun. Mereka suka-suka membasmi rakyat Irak, tanpa bersalah. Padahal orang Vietnam dan Irak, tak pernah menyerang Amerika, apalagi membunuh satu nyawa pun di Amerika. Tetapi sebaliknya, jangan coba-coba orang dari negara-negara lemah melukai seekor hewan pun milik bangsa dan negara kuat, pasti akan geger.
Begitupun ketika tentara Sekutu mengalahkan Nazi Jerman, mereka mengadili para perwira Nazi dengan menghukum mati mereka di Nurenberg. “Kalian mengadili kami karena kalian menang perang!”, kata seorang perwira yang diadili.
Di Timor Timur pun begitu, tak ada lembaga kemanusiaan yang mencoba menuntut Portugal atas kekejaman selama 400 tahun lebih menjajah wilayah itu, tetapi sebaliknya banyak tokoh dan perwira Indonesia siap menghadapi penangkapan dan pengadilan, bila mereka berada di luar Indonesia. Setiap kesalahan Indonesia selalu diungkit-ungkit, tetapi tidak pernah hal itu diberlakukan untuk Portugal. Ini sebuah ilustrasi yang tidak adil dan terjadi di depan mata kita.
Secara sejarah, Timor Timur adalah bagian dari Kesultanan Ternate. “Wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate pun meliputi Timor Timur sekarang. Ini ditandai dengan wali kuasa Kesultanan Ternate yang ditempatkan di daerah itu”, kata Sultan Ternate ke-48 Drs. Moedaffar Sjah, BcHk. Dulunya, Kesultanan Ternate sangat luas pada masa Sultan Kaicil Mashur Malamio (1257-1277), membentang dari Mindanao (Filipina) sampai wilayah Manggarai, Flores. Ketika Portugal kalah perang di kepulauan Maluku tahun 1522, si pencundang itu seenaknya menduduki wilayah yang sekarang disebut Timor Timur. Saat itu daerah tersebut merupakan wilayah tak bertuan. Artinya bukan milik Portugal maupun Belanda. “Jadi secara hukum Portugal tak punya hak”, kata Sultan Moedaffar. Lalu, kenapa didiamkan saja? Karena setelah sultan-sultan setelah itu mengabaikan Timor Timur serta wilayah lainnya. Apalagi timbul masalah baru dengan datangnya Belanda, yang kemudian menjadi ‘trouble maker’.
Sejak 17 Agustus 1945, semua kerajaan yang ada di nusantara melebur menjadi sebuah negara baru. Artinya, negara baru inilah yang menjadi pemilik sah Timor Timur. Menurut Sultan Moedaffar, Indonesia seharusnya mengklaim Timor Timur berdasarkan pada historisch recht atau ketentuan yang didasarkan fakta sejarah. Bukan segi politis seperti yang diklaim oleh Portugal selama ini. Jadi pengambilalihan wilayah itu ke dalam wilayah Indonesia tahun 1975, sesuai dengan bahasa propaganda Orde Baru, “kembalinya anak yang hilang”. Pada September1974, Presiden Soeharto mengajak Perdana Menteri Australia Gough Whitlam datang ke dataran tinggi Dieng, sebuah tempat wisata bernuansa mistik, untuk membicarakan pengambilalihan wilayah koloni Portugal itu ke dalam Indonesia.
Keputusan Presiden BJ Habibie yang memberikan pilihan bagi rakyat Timor Timur untuk menentukan nasibnya sendiri pada Januari 1999, sangat mengejutkan semua orang, termasuk Xanana Gusmao yang sedang menjalani tahanan di Jakarta. Bagi Habibie, Timor Timur selalu membawa masalah bagi Indonesia selama seperempat abad dalam pergaulan internasional. Mirip seperti judul buku yang ditulis oleh Ali Alatas, menteri luar negeri dan sekaligus advokat paling tangguh membela Indonesia soal Timor Timur di panggung dunia, “kerikil dalam sepatu”.
Pada tahun 1991, Presiden Soeharto selalu membawa peta Indonesia untuk menjelaskan masalah Timor Timur kepada kepala negara yang dia temui di mana saja. Pernah ketika seorang presiden dari jajahan Portugal bernama Guinea Bissau minta bertemu Soeharto. Dan peta pun dibuka lalu diperlihatkan oleh Soeharto kepada tamunya, bahwa Timor adalah pulau kecil di Indonesia, dan setengahnya adalah wilayah Timor Timur. Tamunya pun manggut-manggut.
Pernah ada kejadian menarik yang dialami Indonesia soal Timor Timur. ketika meletus perang terbuka antara Inggris dan Argentina memperebut- kan gugusan pulau di sebelah ujung selatan Argentina tahun 1982. Kasusnya memang mirip dengan Timor Timur. Argentina merasa gugusan pulau Malvinas (pulau yang diperebutkan) adalah milik Argentina, karena memang adanya di wilayah Argentina, bukan Inggris yang menyebutnya dengan Falkland. Nah, pemerintah RI menghimbau agar semua media massa dalam memberitakan perang tersebut, harus menulis Malvinas, bukan Falkland. Ini sebagai solidaritas untuk membela Argentina, karena selama ini negaranya Maradona selalu membela Indonesia dalam setiap forum internasional, dan orang Argentina memang menyebutnya dengan ‘Las Malvinas’. Akhirnya, semua orang Indonesia lebih mengenal kata Malvinas dan tak ada yang tahu apa itu Falkland. Sampai-sampai kata Malvinas di Indonesia mengalami pergeseran makna, sehingga menjadi slang untuk menyebut tempat-tempat pelacuran kelas murahan dengan kata mejadi Malpinas, dengan akronim yang bermacam-macam. Bahkan, di samping terminal bis Cililitan, Jakarta Timur ada kios bakso cukup besar dua lantai yang laku keras, dengan nama terpampang besar-besar, “BAKSO MALVINAS” Banyak sudah diberikan Indonesia untuk kemajuan Timor Timur dibanding Portugal. Ini diakui sendiri oleh pemegang tahta kerajaan Portugal, HRH Dom Duarte Pio, Duke of Braganza, yang datang dan melihat sendiri perkembangan wilayah itu, dibanding kekuasaan leluhurnya dulu. “Selama ini banyak elite politik membicarakan Timor Timur dari sudut kejelekan melulu, tidak pernah bicara apa yang diperbuat dan diperjuangkan Indonesia di sana”. Kerajaan Portugal menjadi republik tahun 1910 hingga kini. Andai masih berbentuk monarki, Dom Duarte adalah ahli warisnya yang berhak menjadi raja. Presiden Soeharto pernah membangun sebuah patung Jesus Kristus “Christo Rey”, yang terbesar di dunia setelah patung sejenis di Brasil. Patung ini diejek oleh orang yang anti integrasi Timor Timur sebagai bentuk propaganda untuk menyenangi rakyat Timor Timur. Bila masih sebagai wilayah Indonesia, mungkin unik juga di sebuah negeri berpenduduk muslim terbesar di jagat, terdapat patung Jesus terbesar nomor dua di jagat.
Sepuluh tahun lalu, wilayah Timor Timur lepas dari Indonesia setelah hasil jajak pendapat menyatakan sebagian besar rakyat di sana ingin merdeka dari Indonesia. Tidak ada rekapitulasi hitung ulang hasil jajak itu, seperti njelimetnya pemilu di Indonesia. Pokoknya yang menang yang pro merdeka. Titik. Diumumkannya pun di New York, AS, oleh Sekjen PBB. Bukan di Dili atau Jakarta. Dengan hasil itu, “anak yang hilang” pergi lagi meninggalkan rumah. Mungkin dia jenuh dan bosan. Kata orang tua, biarin aja anak pergi. Kalau kangen atau lapar, pasti pulang lagi. Jauh sebelum Portugal datang ke sini, wilayah Timor Timur sudah ada di Indonesia dan dimiliki oleh orang Indonesia. Bukan oleh mahluk dari manapun. Indonesia punya hak sejarah atas Timor Timur sampai kapanpun. Karena Timor Timur punya Indonesia. (*)
Sumber: Koki
Terima kasih atas tulisan anda tentang Timor – Timur, Saya hanya membacanya sekilas, karena tulisan anda dan komentar anda tentang tim- tim sama dengan banyak orang – orang Indonesia lain yg tidak mau menerima kekalahan….
Pengumuman hasil jajak pendapatnya di Dili, pada tanggal 4 September 1999, seharusnya diumumkan pada tanggal 15 September 1999, akan tetapi karena dokumen TNI yang terkuak lewat intelijen Timor Leste yang bekerja pada Jenderal Wiranto tentang pembumi hangusan Timor – Timur layaknya Bandung Lautan APi, pemblokiran untuk menghalau pengungsi pro-kemerdekaan dan pembunuhan massal, maka pengumumanya dipercepat. Dokumen tentang pembumi hangusan dapat anda temukan di MUSEUM Timor Leste beserta foto – foto dan film dokumenter tentang Penganiyaan oleh TNI terhadap masyarakat SIPIL Timor – Timur…
thx.
————-
Maaf, saya orang Indonesia yang tidak seperti anda bilang: “tidak menerima kekalahan”. Makanya anda baca tulisan ini lebih lengkap. Selamat membaca.
LikeLike
Halo Om Maubere, masalahnya bukan menang atau kalah, tetapi fair dan tidak fair dari sudut pandang sejarah. Indonesia dan Timor Lesta adalah korban dari kekuatan jahat dan kekuatan setan dari barat, selama berabad-abad.
——————-
Ada benarnya juga….
LikeLike
Fair yg bagaimana? Fair untuk untuk indonesia…..hmmmmmm…kayanya kita punya pandangan masing2, Indonesia datang ke TL hanya karena segelintir pendunkung Minoritas partai Apodeti + UDT, tidak semua pendukunnya. Buktinya, kalau mereka yang lebih banyak (Mayoritas), seharusnya mereke yang berkuasa padahal thn 1975 dan Indo lebih gampang masuk Timor tanpa membunuh lewat invasi agresivenya. Tapi anda harus tahu bahwa Apodeti dipercaya Berintegrasi untuk 5 atau 10 thn saja, bukan uuntuk selama2nya. Sedangkan UDT sama Fretilin sudaha sepakat untuk merdeka, cuman salah faham atau dihasut dari pihak tertentu makanya ada peran saudara. Saya kira itu normal, sebuah negara baru itu pasti akan melewati ebebrapa konflik sebelum aman. Saya sama seperti Indonesia, ada banyak konflik karena perbedaan politik dsb setelah merdeka. Sebenarnya Indonesia yang di Gunakan oleh barat tidak perlu ikut campur dalam hal mamakai kekuatan militar, seharus harus ada pendekatan diplomat. Jika itua yang dipakai, bisa saja kalau peran saudarnya tidak berhenti, pasti banyak penduduk yang mau bergabun dengan indo perlahan-lahan. Tapi karena Indonesia aronga dan mau di pakai orang barat makanya mereke juga rakus dan nekat menduduki TL dengan pakasa alias invasi, itu pengertiannya. Ngakunya tidak jadi budak barat, hanya Timor yang begitu. tapi Indonesia Tidak sadar itu.
Marilah kita melihat sebuah sejarah dari sudut pandang, baik itu subjektive ataupun objektive. supaya kita bisa menerima dengan hati yang terbuka tampa menhujat pihak lawan. Kenyatan dan kebenaran harus di kemukakan, bukan karena malu dan tidak terima, semuanya di putar balikan.
Kami terima, bahwa Kami partai mayoritas (Fretilin) pada 1975 melakukan kesalahan politik sehingga terjadinya peran saudara, tapi Indonesia tidak punya hak untuk mengambil alih lewat invasi militar, baik itu permitaan minoritas partai ataupun disuruh orang barat dan antek2nya. Sejarah harus di pelajari dengan sebenar-benarnya agar tidak terjadi lagi. Jika kita membohongi Generasi mudah dengan seajarah palsu maka kesalahan tersebut bisa terjadi lagi
Salam perdamain dan kesejahteraan bagi Timor Leste dan Indonesia selruhnya, terspecial saudara sedarat dan sebangsa suku Timor barat+Flores
LikeLike
Sepakat karena orang Timor yang kejar jabatan yang menjual Timor ke tangan penjajah tetapi pada suatu saat kebenaran sejarah akan terungkap.
LikeLike
Untung Indonesia di jajah Belanda.Bukan Spanyol atau Portugal.Andaikata di jajah mereka maka semua sudah jadi Kristen/Katholiek dan bangsa Indonesia berhahasa KOLONIAL.Seperti orang Amerika Selatan..
LikeLike
Untuk Mas IWAN, saya sangat setuju dengan ide anda “Indonesia dan Timor Lesta adalah korban dari kekuatan jahat dan kekuatan setan dari barat, selama berabad-abad.” Saya tahu bahwa kita adlah korban, tetpai saya tidak dapat mempungkiri bahwa mayoritas rakyat Timor Leste masih membenci TNI, mayoritas rakyat Timor Leste memang lebih menyukai rakyat Indonesia karena sikap keramah-tamahan yang sama dengan orang – orang Timor Leste,,,akan tetapi kadang2 kalau meninggat2 lagi tentang Integrasi dan hal semacamnya ketika masih bersama dengan Indonesia..sungguh perasaan kami sama seperti perasaan orang – orang Indonesia yang pernah hidup dibawah PENJAJAHAN BELANDA dan JEPANG….
Terima kasih buat semuanya….
HASTA LA VITORIA SEMPRE…
LikeLike
Untuk Iwan dan MAurebe:
Saya lebih memilih kata yang lain, selain korban. Karena, bagi saya, kata korban mencerminkan atau mendekatkan kepada ketidakberdayaan dan kebodohan alias mudah terkena tipu muslihat. Saya lebih senang, melihat adanya “simbiosis mutualisme”. Tahun 1975, Indonesia dapat wilayah baru serta menjanjikan dengan hasil buminya, sedangkan Barat memenangkan pengaruhnya dengan menyingkirkan gerakan komunis yang seringkali membela rakyat dan semangat nasionalisme-kemerdekaan. Sedangkan tentang TNI yang tidak disukai oleh rakyat Timor Leste, anda tenang saja, pendapat anda banyak yang mengiyakan, lihat saja didaerah konflik seperti di Aceh, dan Papua. Rakyat di wilayah itu membencinya, tapi jangan lupa, banyak pula yang pro dengan TNI. Di Timor Leste bagian barat, selama tahunan, 1975-1999, banyak yang menyenangi TNI karena TNI-lah tempat berlindung mereka dari keganasan Fretelin, begitupula di Aceh dan Papua. Artinya, mari dilihat dari berbagai sisi. Bila anda dibawah TNI, merasa sengsara seperti Indonesia dijajah Belanda dan Jepang, anda juga harus jujur melengkapinya dengan betapa tertindasnya rakyat Timor Leste dibawah Portugal, bahkan sekitar 400 tahun. Di salah satu tulisan di blog ini berbunyi:
————————
KETIKA saya masih kuliah tahun 1990, beberapa teman saya yang mengambil jurusan ilmu antropologi ikut sebuah penelitian sosial ke Timor Timur. Ketika mereka selesai dan pulang, saya bertanya banyak tentang wilayah itu yang belum pernah saya kunjungi dan tidak banyak saya ketahui. Jawaban yang saya dengar cukup mengagetkan. Saya sulit percaya meski akhirnya saya bisa yakin tentang kesan teman-teman saya yang meneliti di Timor Timur.
“Jaman Portugis berkuasa, penduduk asli tidak boleh menginjak aspal jalan”, kata teman saya tentang keadaan saya. Artinya bukan karena aspalnya masih meleleh sehingga belum boleh diinjak atau digunakan. Tapi ini simbol diskriminasi yang artinya, Indonesia lebih baik dan lebih banyak memberikan sesuatu kepada rakyat Timor Timur, dibanding Portugal. “Lho? Indonesia ‘kan sudah membunuhi 200 ribu jiwa selama 27 tahun di wilayah itu?”, seperti gembar gembor yang selalu dihembus media barat yang anti Indonesia. Lalu berapa nyawa juga yang lenyap selama 400 tahun lebih kekuasaan Portugal di Timor Timur?” Silahkan ambil kalkulator dan buka-buka buku sejarah.
Selanjutnya di Wikipedia menyebutkan:
FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya wanita dan anak2 karena para suami mereka adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia). Tak lama kemudian, kelompok pro-integrasi mendeklarasikan integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan Komunis. Tiga Kuburan Masal sebagai bukti pembantaian FRETILIN terhadap pendukung integrasi terdapat di Kabupaten Aileu (bagian tengah Timor Leste), masing-masing terletak di daerah Saboria, Manutane dan Aisirimoun.
Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975, FRETILIN didampingi dengan ribuan rakyat mengungsi ke daerah pegunungan untuk untuk melawan tentara Indonesia. Lebih dari 200.000 orang dari penduduk ini kemudian mati di hutan karena pemboman dari udara oleh militer Indionesia serta ada yang mati karena penyakit dan kelaparan. Banyak juga yang mati di kota setelah menyerahkan diri ke tentara Indonesia, namun Tim Palang Merah International yang menangani orang-orang ini tidak mampu menyelamatkan semuanya.
Selain terjadinya korban penduduk sipil di hutan, terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal FRETILIN di hutan terhadap kelompok yang lebih moderat. Sehingga banyak juga tokoh-tokoh FRETILIN yang dibunuh oleh sesama FRETILIN selama di Hutan. Semua cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti Francisco Xavier do Amaral, Presiden Pertama Timor Lesta yang mendeklarasikan kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1975. Seandainya Jenderal Wiranto (pada waktu itu Letnan) tidak menyelamatkan Xavier di lubang tempat dia dipenjarakan oleh FRETILIN di hutan, maka mungkin Xavier tidak bisa lagi jadi Ketua Partai ASDT di Timor Leste Sekarang.
Selama perang saudara di Timor Leste dalam kurun waktu 3 bulan (September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24 tahun (1975-1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal (60.000 orang secara resmi mati di tangan FRETILN menurut laporan resmi PBB). Selebihnya mati ditangan Indonesia saat dan sesudah invasi dan adapula yang mati kelaparan atau penyakit. Hasil CAVR menyatakan 183.000 mati di tangan tentara Indonesia karena keracunan bahan kimia dari bom-bom napalm, serta mortir-mortir.
———————
Untuk Maurebe: Tulisan anda persis rakyat dan tentara Indonesia yang baru merdeka dari Belanda hingga tahun 1980-an, semua yang berbau “musuh” adalah buruk. Saya dapat memakluminya. Rasional sulit memunculkan wujudnya jika diselimuti emosional.
Sementara itu, dari penggalan sejarah, Indonesia dan Timor Leste memiliki coreng muka yang berbau kebengisan, baik itu untuk nasionalisme ataupun lainnya. Oleh karena itu, saya mengajak untuk seperti semangat blog ini: ….yang terpenting bukan hanya “bagaimana belajar sejarah”, tetapi juga adalah “bagaimana belajar dari sejarah”. Maka, maknai masa lalu untuk masa depan yang lebih baik lagi….”
Semoga kita dapat berbagi.
Historia Me Absolvera!!!!
LikeLike
Timor adalah saudaraku, sampai kapanpun, indonesia sebagai saudara tua akan selalu menjagamu. Sebagai ras nusantara timor adalah bgian kami yg sangat kami cintai, selamat berkarya adik tercinta. Sukses buat timor dan indo.
LikeLike
Mas dari dulu, Timor Leste bukan Indonesia, Portugal menginjak tanah Timor este pada tahun 1515, pada tahun 1522 Portugal kalah perang. Anda mengklaim Timor Timur merupakan kepunyaan Indonesia dari mana bung???? APakah dari jaman kesultanan TERNATE???? Kalau dari jaman kesultanan TERNATE apakah nama Indonesia atau negara Indonesia sudah ada, sehingga anda mengatakan bahwa Tim – Tim milik Indonesia???? Kalau memang anda menentukan Negara berdasarkan kesultanan Ternate maka ada baiknya anda mempertimbangkan juga wilayah2 di Indonesia yang dulunya tidak termasuk wilayah kesultanan Indonesia..mungkin juga Papua atau munkin juga Aceh….
LikeLike
—————————–
Untuk MAubere:
Saya kira pertanyaannya, adalah tepat bila dilayangkan ke penulisnya. Saya ijin copas, dan tentunya bukan tulisan saya. Namun, saya coba menjawabnya. Logika yang digunakan sejarah dan formal-legal dalam perjanjian Linggajati hingga KMB sebagai berikut: wilayah Indonesia adalah wilayah bekas jajahan Belanda, dan wilayah bekas jajahan Belanda adalah wilayah kerajaan-kerajaan di Nusantara yang tunduk dengan suatu perjanjian.
Setelah Ternate lepas dari Portugal, sultannya pun tidak memikirkan keberadaan Timor Leste secara serius, mungkin tepatnya mulai menelantarkannya karena kurang strategis di jalur perdagangan dan politik. Timor Leste sejak lama “dianggap” sebagai “tanah tak bertuan”, disatu sisi ada pasukan Portugal yang bermukim di sekitar pantai, kerajaan lokal, dan pejabat kerajaan Ternate seperti yang penulis artikel ungkapkan (saya kurang yakin). Mereka bertiga tidak bertengkar, entah karena diikat perjanjian atau mengalami “stealmate” (baca: letih berperang, akhirnya memilih tidak mengusik satu sama lain). Namun demikian, secara formal, Belanda mengakui Portugal memiliki Timor Leste setelah diadakan perjanjian pada 1859 dengan Belanda. Dalam PD 2, Timor Leste dikuasai Jepang, selanjutnya diambil kembali oleh Portugal hingga tahun 1974. Tahun 1975-1999, Timor Leste bersama Indonesia, ada yang meyakini sebagai invasi, dan adapula integrasi.
Secara sederhana kronologis Timor Leste “milik siapa” adalah sebagai berikut:
1.) Sebelum kedatangan Portugal, Timor Leste berdiri sebagai negara merdeka dengan wujud kerajaan lokal (persis seperti sejarah di Indonesia, tapi masih butuh penelitian sejarah lebih rinci)
2.) Portugal menguasai pada pertengahan abad 16 hingga tahun 1942, dengan nama Timor Portugis.
3.) Jepang menguasai Timor Portugis, 1942-1945
4.) Portugal kembali menguasai Timor Portugis sejak tahun 1945
5.) Portugal mengeluarkan kebijakan dekolonisasi 1974, perang saudara antara Pro Integrasi dan Fretelin
6.) Indonesia menguasai Timor-Timur, 1975-1999
7.) Timor-Timur dibawah naungan PBB, 1999-2002
8.) Timor Leste resmi menjadi negara baru pada 20 Mei 2002. Hari yang sama diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional di Indonesia.
Selanjutnya tentang wilayah lain yang diyakini penulis artikel, termasuk kekuasaan Ternate yang bukan hanya Timor Leste, sudah jelas didalam perjanjian Saragosa antara Portugal dan Spanyol. Selebihnya sudah dikuasai Inggris, Belanda, dan Amerika. Aceh dan Papua, sudah jelas. Kedua wilayah ini adalah bekas jajahan Belanda, jadi milik Indonesia. Namun Timor Leste (Timor-timur), bukan milik Indonesia. Saya tidak merasa keberatan dengan perginya Timor Leste dari NKRI, karena memang itu yang seharusnya terjadi. Perang dingin sudah usai, ancaman komunis internasional telah tiada, maka keadaan harus kembali seperti semula.
Mari diskusi….
LikeLike
Koreksi sedikit soal penyebutan NKRI, tidak ada yang namanya NKRI dalam dokumen apapun, jadi NKRI adalah penyebutan yang sifatnya propaganda. Dan wilayah Indonesia tidak sama dengan wilayah bekas jajahan Belanda. Perjanjian yang diakui Dunia Internasional dalam hal pengakuan kedaulatan di wilayah bekas jajahan Belanda ( Hindia Belanda ) adalah KMB. Dan dalam KMB dengan jelas pengakuan kedaulatan diberikan kepada RIS bukan kepada RI. Untuk kemudian para pemimpin yang tergabung dalam RIS ( RI, Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur,dll ) sepakat untuk bergabung dalam RI secara SUKARELA. Karena itulah saat para pemimpin daerah melihat ketimpangan pembangunan antara Jawa dan non-Jawa, mereka dengan mudah nya menyatakan memisahkan diri dari RI, Seperti Permesta, PRRI, RMS, dll karena memang sejatinya setiap wilayah Indonesia berhak memutuskan untuk tetap tinggal dengan RI atau pergi. Apalagi soal Tim tim yang jelas jelas tidak pernah dibawah naungan Belanda.
LikeLike
Kalau pemahaman saya Indonesia adalah exs wilayah Hindia Belanda, Sukarno pun nyaris membuat kesalahan dengan klaim Kalimantan utara adalah wilayah Indonesia.Pada saat Revolusi bunga di Portugis dan Portugis memberikan pilihan daerah exs koloninya untuk merdeka atau tetap bergabung Portugis maka TimorTimur memilih merdeka dan fraksi/partai yang ada tidak sejalan sehingga terjadi perang saudara. Kenapa USA dan Australia saat itu sepertinya “menjerumuskan” Indonesia, bukannya PBB/UN yang seharusnya berperan menengahi perang saudara yang terjadi di TimorTimur. Mungkin karena UN waktu itu dikangkangi USA dan sekutunya.
LikeLike
Saya sangat senang dengan postingan artikel anda, yang ingin saya luruskan adalah bahwa, anda memang benar “bahwa tulisan saya mirip” dengan para pejuang kemerdekaan Indoensia tehadap Belanda, emosi mereka masih kentara, pertanyaan saya mengapa mereka emosi??? mengapa mereka tidak suka dengan Belanda????” Kalau anda menjawab “YA” berarti anda tidak setuju dengan PENJAJAHAN.
DAlam tulisan saya, saya seringkali mencoba untuk emphaty dengan pejuang2 Indonesia dan kebenciaan mereka dengan Belanda, perasaaan dan semangat mereka mengusir belanda karena adanya suatu perasaan tidak ingin hidup dibawah suatu bentuk Penjajahan. Anda mengatakan bahwa seolah – olah Portugal sevagai penajajh di Timor Leste lebih bagus, mari kita melihat kepada negara – negara jajahan INGGRISS, salah satunya Malaysia, rakyat Malaysia senang dengan Inggriss sehingga menjadikan bahsa Inggriss sebagai bahasa Nasionalnya. Begitu juga dengan Timor Leste menjadikan bahasa Portugis sbg bahasa nasionalnya. Pada hakekatnya PENJAJAHAN memang sangat tdiak menyenangkan, akan tetapi seandainya penjajah tersebut meninggalkan wilayah jajahan tanpa menindas, membumi hanguskan, dan membunuh lagi pada akhir penjahanya maka mereka sangat dihormati, lihat saja MACAU jajahan Portugal yang diserahkan secara utuh kepada China, atau HONGKONG yang diserahkan secara utuh kepada CHINA oleh Inggriss, lantas dimata orang lain langkah yang diambil oleh kedua negara tsbt lebih manusiawi atau ditentang oleh dunia barat lainya???? Beda dengan Indonesia, ketika mereka terakhir kali meninggalkan Timor Leste, mereka membumi hanguskan segalanya, bahkan sapi dan kerbau piaraan para rakyat yang ditemukan di persawahaan ditembak mati juga,,,,apakah dunia internasional juga menyukai Indonesia atas peerbuatan2nya tsbt????
Saya rasa ada kekeliruan pada tulisan anda tentang kronologis (asal mula Timor Leste milik siapa):
“Portugal menguasai pada pertengahan abad 16 hingga tahun 1942, dengan nama Timor Portugis.” Portugal menginjak kaki pertama kali di Timor Leste adalah pada tahun 1515 dan langsung menjajahnya” kalau menurut anda pada tahun 1942 berarti sudah beda sekali…
Pada masa nenek moyang Timor, sudah memiliki dua kerajaan yaiu kerajaan WEHALE DAN WEBIKU. WEHALE di Timor – Timur dan WEBIKU di Timor Barat, jadi kalau menrut anda bahwa kerajaan Ternate menguasai Timor berarti seolah – olah Kerajaan WEHALE tidak ada….
Saya telah banyak membaca berbagai sejarah yang anda COPAS di tulisan anda,,,kebnayakan dari mereka memang benar namun ada banyak juga yang berbohong dan hanya sesuai dengan versi mereka.
Di Timor Leste pda tahun 1975 memang tidak ada komunis ataupun istilah lainya yang mengarah kepada KOMUNIS, FRETILIN bukan komunis. Indonesia menggunakan alasan KOMUNIS karena pada PD-2 terjadinya blok Timur dan Barat. Karena Soeharto telah mengulinkan SOEKARNO yang berpaham KOMUNIS dibantu oleh AMERIKA maka Indonesia juga menggunakan alat propaganda yang sama dan menuduh Timor Leste berpaham komunis, supaya dengan mudah dapat mencaplok wilayah Timor Leste. Lantas sampai detik ini TIDAK TERBUKTI bahwa KOMUNIS ada di Indonesia….jadi ada baiknya kita membaca sejarah yang benar -benar sejarah…
Thanks.
LikeLike
Untuk Maubere
Maret 9th, 2010 at 6:04 am :
Saya menghormati anda yang emosional tentang semangat kemerdekaan yang merasuki anda hingga saat ini. Kata anda: persis seperti pejuang Indonesia diawal kemerdekaan, karena sama benci oleh sebuah kata: PENJAJAHAN. Namun semangat demikian, seringkali kurang rasional. Saya termasuk orang yang tidak sepakat kepada sejarawan Indonesia yang hanya melihat satu sisi: Penjajah menghasilkan sesuatu yang negatif, buruk. Persis seperti anda dengan menganalogikan: “penjajah yang meninggalkan daerah jajahannya dengan pengrusakan adalah buruk” (baca: Indonesia di Tim-Tim), sebaliknya: “Penjajah yang meninggalkan daerah jajahannya dengan memberikannya kepada bangsa yang dijajah tanpa pengrusakan adalah baik, bahkan , meminjam istilah anda : “senang” (baca: Malaysia oleh Inggris, Macao Oleh Inggris, begitupula dengan Tim-tim oleh Portugal). Saya hargai perspektif anda ini. Silahkan dianut.
Selanjutnya, apa yang anda katakan keliru, silahkan temukan kekeliruannya dimana, dan segera paparkan yang anda anggap benar. Berikut tulisan anda tentang kekeliruan terkait:
Saya rasa ada kekeliruan pada tulisan anda tentang kronologis (asal mula Timor Leste milik siapa):
“Portugal menguasai pada pertengahan abad 16 hingga tahun 1942, dengan nama Timor Portugis.” Portugal menginjak kaki pertama kali di Timor Leste adalah pada tahun 1515 dan langsung menjajahnya” kalau menurut anda pada tahun 1942 berarti sudah beda sekali…
Pada masa nenek moyang Timor, sudah memiliki dua kerajaan yaiu kerajaan WEHALE DAN WEBIKU. WEHALE di Timor – Timur dan WEBIKU di Timor Barat, jadi kalau menrut anda bahwa kerajaan Ternate menguasai Timor berarti seolah – olah Kerajaan WEHALE tidak ada….
————-
Sebelum anda menjawab, saya jelaskan terlebih dahulu. Timor Portugis adalah sebutan wilayah Timor yang dijajah Portugal, dan merupakan kata yang diberikan situs WIKIPEDIA serta beberapa buku sejarah yang saya baca, sehingga saya menggunakan istilah demikian. Namun anda tidak memberikan pembahasan tentang kekeliruan yang anda tuduhkan itu. Malahan membahas ke masa nenek moyang dengan 2 kerajaannya, bukan memberikan penjelasan apa yang terjadi sejak abad 16 sampai 1942 menurut versi anda. Silahkan baca kembali jawaban saya diatas tulisan ini, ketahuilah tidak ada kalimat atau pernyataan dari saya bahwa kerajaan lokal Wehale dan Webiku dikuasai Ternate. Dengan demikian pendapat anda yang menyatakan: berarti seolah – olah Kerajaan WEHALE tidak ada, sudah jelas keliru.
Dari beberapa sumber, saya mencoba menjelaskan bahwa diTimor-Leste mengalami situasi sebelum Portugal mengusai secara utuh Timor Leste sebagai berikut: disatu sisi ada pasukan Portugal yang bermukim di sekitar pantai, kerajaan lokal, dan pejabat kerajaan Ternate seperti yang penulis artikel ungkapkan (saya kurang yakin). Mereka bertiga tidak bertengkar, entah karena diikat perjanjian atau mengalami “stealmate” (baca: letih berperang, akhirnya memilih tidak mengusik satu sama lain). Lanjutnya, saya menegaskanseperti ini:
Secara sederhana kronologis Timor Leste “milik siapa” adalah sebagai berikut:
1.) Sebelum kedatangan Portugal, Timor Leste berdiri sebagai negara merdeka dengan wujud kerajaan lokal (persis seperti sejarah di Indonesia, tapi masih butuh penelitian sejarah lebih rinci)
2.) Portugal menguasai pada pertengahan abad 16 hingga tahun 1942, dengan nama Timor Portugis.
Silahkan berikan klarifikasi…
Selanjutnya, saya ingin menyatakan bahwa anda keliru melihat sejarah Indonesia dengan menuliskan seperti ini:
Karena Soeharto telah mengulinkan SOEKARNO yang berpaham KOMUNIS dibantu oleh AMERIKA maka Indonesia juga menggunakan alat propaganda yang sama dan menuduh Timor Leste berpaham komunis, supaya dengan mudah dapat mencaplok wilayah Timor Leste. Lantas sampai detik ini TIDAK TERBUKTI bahwa KOMUNIS ada di Indonesia…
—————————————–
Berikut kekeliruan anda dan pelurusannya:
Pertama, Soekarno tidak berpaham komunis, namun nasionalis. Berbagai biografi Soekarno dan sejarah Indonesia yang ditulis oleh sejarawan, politikus, sosiolog, dan psikolog dari Indonesia dan luar negeri, tidak meyakini Soekarno adalah Komunis. Ketahuilah, Soekarno adalah pencinta paham utility/unitarian (persatuan), sehingga kekuatan besar yang mendukung Indonesia dan memperkuat negara di dunia Internasional, maka dirangkul Soekarno, bahkan untuk kasus PKI, partai ini menjadi anak emasnya, keadaan demikian, terkait erat masa perang dingin. Pernyataan anda yang menegaskan: Lantas sampai detik ini TIDAK TERBUKTI bahwa KOMUNIS ada di Indonesia, jelas sebuah pernyataan yang keliru, dan menyesatkan, baik itu untuk anda dan bagi kaum awam yang tidak pernah membaca sejarah Komunis di Indonesia ataupun dunia Internasional. Saya berikan contoh: Pemberontakan tahun 1948 dan 1965 di Indonesia, tercatat oleh dunia sebagai pemberontakan komunis yang gagal. Rusia dan Cina mengakuinya, kedua negara tersebut memiliki jaringan komunis sampai ke Indonesia.
Kedua, Indonesia tidak hanya dibantu Amerika ketika mencaplok Timor Portugis, akan tetapi beberapa negara membantunya, baik secara militer maupun diplomatik, misalnya Australia, serta negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Ketiga, anda menyebutkan: Indonesia juga menggunakan alat propaganda yang sama dan menuduh Timor Leste berpaham komunis, supaya dengan mudah dapat mencaplok wilayah Timor Leste. Tanpa bermaksud menggurui, suatu kerajaan atau negara dapat menentukan kebijakan, apalagi bersifat segera dan internasional, selalu dipengaruhui faktor internal dan eksternal. Saya meyakini karena provokasi dan tekanan Autralia dan Amerika, dan Indonesia yang masih bersikap anti-komunis, sehingga hadirlah ketakutan akan munculnya negara komunis baru di Timor Portugis. Menurut pengamat PBB sebagai berikut: Indonesia yang baru pulih dari pemberontakan Gestapu/PKI dianggap oleh AS dan Australia sebagai bumper yang kuat untuk menghambat perkembangan komunis. Saat bergolaknya perang saudara di Timor Timur setelah minggatnya Portugal, kelompok Fretilin yang cenderung ke ideologi komunis, menguasai situasi di Timor Timur (http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=12177:timor-leste-bak-api-dalam-sekam&catid=16&Itemid=29). Selanjutnya, karena faksi-faksi di Timor Portugis ada pula yang tidak sepakat dengan deklarasi ala Fretelin, maka Indonesia “diundang” untuk datang ke Timor Portugis untuk mengalahkan Fretelin. Dengan demikian, harus ditambahkan, Indonesia masuk ke Timor Portugis, bukan hanya karena propaganda anti komunis yang ditujukan kepada Fretelin oleh Indonesia yang khawatir munculnya negara komunis baru di sekitarnya (dengan meminjam kalimat pengamat PBB bahwa Fretelin ialah kelompok yang cenderung ke ideologi komunis), akan tetapi karena “permintaan” Amerika dan Autralia, serta atas “permintaan” faksi yang pro-integrasi di Timor Portugis.
Keempat, kalimat anda menyatakan, menuduh Timor Leste berpaham komunis, supaya dengan mudah dapat mencaplok wilayah Timor Leste, sudah seharusnya direvisi, dan saya yakin, tahun 1975, tanpa propaganda komunis seperti yang anda maksudkan, TNI dapat dengan mudah masuk ke Timor Portugis karena kekuatan militer dan diplomasi internasional Indonesia ketika itu, tapi saya tidak setuju, mungkin karena saya tidak hidup pada jamannya, tidak merasakan “jiwa jaman”, dan tidak paham “historicalmindness” ketika Indonesia begitu trauma, bahkan benci dengan yang namanya komunis dan penjajahan. Namun kenyataan berbicara beda, Indonesia yang bertahun-tahun berjuang untuk kemerdekaan dengan melawan penjajahan, secara ironik, malah melakukan aksi yang bertentangan dengan semangat kemerdekaan. Ironik memang, namun mari tempatkan cara pandang, lagi-lagi “masukkan ke dalam konteksnya”, “jiwa jaman”, “historicalmindness” yang melingkupi aktor sejarah ketika itu. Tidak ada pola pembelaan, namun jangan sampai tercerabut dari orientasi historisnya.
Kelima, ajakan anda yang berbunyi: ada ada baiknya kita membaca sejarah yang benar-benar sejarah, saya berharap bukan sindiran yang emosional. Dengan demikian, saya menyambut baik. Dan ada baiknya pula, bukan hanya membaca buku sejarah bergenre “dongeng” yang berisi kisah heroik dan kehebatan dari satu sisi yang seringkali meta-subyektif serta menyingkirkan perspektif lain, namun dilengkapi buku sejarah “teori” yang tidak hanya berbicara dari berbagai sisi, namun dapat diakui dengan takaran keilmiahannya, dimana orang lain yang membaca tidak mencibirnya.
Terima kasih Maubere. Alangkah senangnya saya, bila nanti anda menjadi penulis sejarah Timor Leste yang baik, saya siap membantunya, minimal berdiskusi. Salam persahabatan dari saya yang WNI, untuk anda WNTT (Warga Negara Timor Leste) walaupun anda masih bermukim di Indonesia.
Historia Me Absolvera!!!!
LikeLike
Sejarah akan tetap menjadi sejarah, dan masa depan akan menjadi sejarah juga tetapi dari sejarah kita belajar untuk mengisi dan menjalani masa sekarang dan masa depan.
Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih yang banyak kepada anda karena telah menulis sejarah mengenai Timor Leste, tetapi sayang anda belum pernah mengunjungi Timor Leste.
Timor Leste adalah sebuah wilayah kecil yang unik dan banyak diperebutkan oleh negara yang sudah duluan merdeka dan memiliki mesin pembunuh untuk menguasainya namun usaha itu sia-sia dan sekarang menjadi negara baru yang memiliki kekuasan yang sama atas wilayahnya seperti juga negara lain disekitarnya termasuk indonesia yang pernah belajar menjadi pahlawan di negeri tersebut saya tidak menyebut indonesia menguasai wilayah tersebut karena keberadaan indonesia disana bukan untuk menguasai dan membangun tetapi melatih tentaranya disana untuk menjadi pembunuh.
Indonesia sebenarnya bisa merebut hati rakayat Timor Leste untuk tetap bergabung dengan indonesia, tetapi sayang 24 tahun indonesia membangun wilayah itu sia-sia karena indonesia membangun dengan bermuka dua, mengapa saya mengatakan demikian karena indonesia pandai bermain sandiwara dibanding Portugal atau Australia.
Saya sarankan untuk indonesia jangan pernah bermuka dua dalam menyelesaikan masalah OPM papua karena wilayah ini karakternya sama dengan Timor Leste.
Apapun yang telah terjadi di masa lalu biarlah menjadi sejarah tetapi kita patut bersyukur bahwa doa rakyat Timor Leste telah dikabulkan dalam Nama Sang Juru Selamat Manusia Satu-satunya Yesus Kristus sang imanuel semoga kedamaian dan keadilan menjadi istana negara Timor Leste dan pada akhir semua mata tertuju padanya.
harapanku kepada penulis kunjungi Timor Leste bole tinggal ditempat saya………….Terima kasih.
LikeLike
Kepada Timor Oan
Sebaiknya menggunakan nama asli agar kita dapat saling mengenal. Anda orang yang jumlahnya sedikit dari Timor Leste yang mau hilir-mudik di dunia maya. Saya berterima kasih, mudah2an kita dapat membangun persahabata baru.
Perlu saya klarifikasi kepada anda, bahwa apa yang ditulis dalam blog ini: bukanlah atas nama Indonesia, tapi pendapat pribadi seorang WNI. Boleh jadi, kebijakan Indonesia, tidak sesuai dengan prinsip saya. Namun demikian, saya berpendapat, ABRI yang dikirim di Timor Timor sejak 1974-1999, adalah dalam rangka menjalankan tugas. Kesadisan, pembunuhan, dan seterusnya, merupakan bagian dari sebuah amanat, bahkan perjuangan bagi seorang prajurit terhadap kesetiannya terhadap negara. Indonesia mungkin buruk di Timor Leste, namun jangan berfikir stereotip, bahwa warga negaranya sama dengan pemerintahannya. Kini, Indonesia sudah jauh berbeda, begitupula dengan warganya, bahkan ketika Xanana dipenjara di LP Cipinang, banyak Tapol WNI yang mendukung lepasnya Timor Timur dari Indonesia, dan kalau anda membaca sejarah pergerakan mahasiswa Indonesia yang berubah menjadi people power tahun 1998, salah satu tuntutannya adalah: Referendum untuk Timor Timur. Negara anda berhutang pula dengan mahasiswa Indonesia.
Kalau anda anggap ABRI di Timor Timor melatih dirinya sebagai pembunuh, saya kira lebih dari itu, karena mereka sudah latihan jauh sebelum diterjunkan ke Timor Leste, di negara anda ABRI hanya mempraktikkannya. Indonesia bermuka dua?, silahkan klarifikasi pendapat anda. Menurut anda: OPM papua karena wilayah ini karakternya sama dengan Timor Leste. Silahkan jelaskan kepada saya.
Saya berharap, kebencian anda kepada ABRI dan pemerintahan Indonesia pada masa Orde Baru, jangan ditimpakan atau disamakan kepada seluruh WNI. Apakah anda mengetahuinya, kenapa ABRI diubah namanya menjadi TNI ?, selain karena desakan yang sifatnya ilmiah dan arus perubahan, tapi juga Indonesia merasa gerah dan malu atas “plesetan” dari gerakan mahasiswa tahun 1998 dengan mengartikan ABRI sebagai Aku Bunuh Rakyat Indonesia. Kami bukan rakyat yang setuju dengan militerisme yang dikembangkan Orde Baru sejak awal tahun 70-an. Dengan demikian, semoga kita dapat berdiskusi lebih lanjut, agar terjadi saling kesepahaman.
Jujur saja, saya kesulitan “mencari” orang Timor Leste yang berkelana didunia internet. Saya senang dapat menjalin persahabatan. Terima kasih atas tawaran anda untuk tinggal dirumah anda bila saya ke Timor Leste. BIsakan anda menuliskannya di blog ini?
LikeLike
Yang Terhormat Pak Suciptoardi,
Ada kiranya saya memperkenalkan diri saya sebelum terlibat dalam diskusi yang hangat berhubung dengan Timor-Leste sebagai negara merdeka dan Indonesia yang kini menjadi mitra kuat negara baru ini (Dulunya sering dilihat sebagai negara yang menduduki wilayah tak bertuan/non-government territory). Silakan pangil saya dengan nama saya “Watu-Naha Isa-Rau” (Watu= Matahari, Naha=Barang berat/beban dan Isa-Rau=Bijaksana/Baik Hati). umur saya 30 tahun dan sangat bersemangat untuk berdiskusi demi KEDAMAIAN dunia.
Saya sangat tertarik dengan semua artikel anda di atas dan sebagian di antaranya akurat berdasarkan informasi yang anda dapatkan dari Mr. Google yang selalu baik hati menjawab semua pertanyaan kita melalui Wikipedia yang selalu menyediakan informasi akurat.Tapi kadangkala Mr. Google juga memberi ruang kepada sebagian pelaku sejarah, politik, ataupun otoritas tertentu untuk memanipulasi sejarah dari tempat tertentu (Ada juga yang mengunakan alasan tertentu untuk menginvasi tanah Loro-Sae (sun rise)). Namun sejenak menyimak artikel anda saya menjadi tertarik dengan pengetahuan anda yang menurut saya sudah sangat akurat.
Untuk semakin menambah pengetahuan kita (termasuk saya), saya dengan senang hati untuk merekomendasikan sebagian bukti sejarah yang sempat didokumentasikan melalui filem dokumenter seperti “The Diplomat” yang mengulas banyak tentang posisi Timor tahun 1974-75 sampai dengan 1999. Dari situ anda akan mendapatkan berbagai informasi dan video yang akan memberikan anda informasi tambahan. Termasuk Dekolonisai Portugis terhadap daerah koloninya (Mozambique, Brasil, Sao Tome-Principe, Timor-Leste, dll..).
Perlu kita ketahui bahwa Xanana dan SBY telah memulai langkah awal REKONSILIASI melalui Komisi Kebenaran dan Persahabatan Indonesia – Timor Leste, atau seringkali disingkat KKP, dalam bahasa Inggris Commission of Truth and Friendship (CTF). Sudah seharusnya kita sebagai warga negara wajib melanjutkan mimpi para pemimpin kita yang bijaksana dan penuh perdamain.
Dari semua sumber informasi yang saya baca dan lihat memang ada yang mengatakan kami adalah bagian dari Indonesia namun saya ingin menjelaskan secara Budaya and Sejarah kita sebetulnya sangat berbeda dengan Propinsi Indonesia pada keseluruhannya.
Akan sangat menyenankan bila saya bisa menjamu anda di Negara saya yang baru Republika Demokratika de Timor-Leste dan berkesempatan memperkenalkan anda pada kultur dan budaya saya. Saya adalah pencinta alam dan selalu mengorganisir pendakian gunung, camping serta wisata laut dan saya akan sangat senang bila anda ingin berkunjung ke 3 gunung paling bersejarah di Timor-Leste yaitu Ramelau, Matebian dan Kabalaki). Saya berasal dari Gunung Matebian dan saya bisa mengkonfirmasi bahwa di atas gunung ini masih ada bekas-bekas perang dunia II dan perang Indonesia vs Timor-Leste.
Sunguh suatu kesempatan beharga untuk bisa berbagi dengan orang-orang yang berwatak penuh perdamain dan bijaksana.
Salam Damai
Hakohak bo’ot (Peluk Hangat)
Watu-Naha Isa-Rau
Putra Baucau/Kelikai
LikeLike
Saya kira kita harus jujur mengakui bahwa Indonesia telah banyak berbuat di Timtim, terlepas dari segala kekurangan yang ada. Kesalahan terbesar dari Indonesia adalah gagal mengambil hati rakyat Timtim karena ABRI saat itu lebih cenderung menggunakan pendekatan keamanan daripada pendekatan budaya.
Fretilin jelas KOMUNIS itu tidak bisa dibantah!!! Apa yang dilakukan oleh FRETILIN sejak bulan Oktober s/d Desember 1975 yaitu dengan menangkap, memenjarakan dan membunuh pengikut APODETI dan sebagian UDT adalah sejarah HITAM Timtim. Dan hingga saat ini sebagian besar rakyat Timtim yang berada di NTT masih mengenang peristiwa tersebut. Oleh karena itu kehadiran INdonesia pada bulan Desember 1975 berhasil mengakhiri TEROR FRETILLIN terhadap saudara2nya.
LikeLiked by 1 person
Saya senang ada yang mau bersikap jujur dalam melihat masa lalu Indonesia di Timor Timur….
LikeLike
Salam…
Dalam beberapa hal, saya setuju dengan anda. Namun, ada hanya sekedar klrifikasi saja, mengenai sepenggal kalimat anda “Kita harus jujur, betapa ABRI ketika itu melancarkan banyak aksi kekerasan yang mereka yakini sebagai “penuntasan tugas”, disisi lain, kita juga harus jujur Fretelin juga melakukan banyak aksi kekerasan bagi para pendukung pro-integrasi.” Karena menyangkut sejarah, maka sebaiknya info tentang suatu peristiwa sejarah yang ditulis disertai dengan keterangan yang jelas (minimal tanggal-bulan dan tahun kejadian). Tanpa sedikitpun maksud untuk membela Fretelin (semata-mata hanya untuk meluruskan sejarah) ya, Fretelin memang melakukan kekerasan terhadap sebagian warga Timor Lorosa’e namun bukan hanya bagi warga yang pro integrasi (partai apodeti dan partisannya), namun juga terhadap warga lain yang tidak menghendaki agar Timor Lorosa’e merdeka sepeninggal Portu, katakanlah kekerasan tersebut terjadi juga pada orang2 dari partai UDT, KOTTA dan Trbalhista. Namun perlu diketahui juga bahwa, kekerasan yang dilancarkan tersebut hanya pada bulan Oktober s/d Desember tahun 1975. setelah itu, yang terjadi hanyalah kontak senjata yang sering terjadi dengan ABRI (maklum, setelah resmi bergabung dgn Indonesia, maka Fretelin terus diburu ABRI karena merupakan pemberontak yang tetap ingin merdeka), BUKAN aksi kekerasan yang dilancarkan Fretelin bagi warga pro integrasi. Ketika peristiwa berdarah pada tanggal 12 Nov 1991 di Santa Cruz, Dili, Fretelin pun tidak membalasnya, semua tetap berdiam di hutan. Dan sampai hari2 menjelang dan pasca referendum pada bulan September, 1999, Fretelin juga tetap berdiam di hutan tanpa sedikitpun aksi balasan terhadap warga pro Indonesia. Kalo Anda mengatakan ‘ya’, tolong jelaskan kapan kejadiannya, dan sumbernya yang jelas…
Namun itulah perang, banyak hal di luar dugaan yang terjadi…Tak mengapa..
Sejujurnya, saya ikut prihatin ketika citra Indonesia di mata dunia menyangkut permasalahan Timor Lorosa’e, sebab itu bukanlah salah Indonesia, melainkan Amerika yang paling handal cuci tangan trus balik mengecam.
Apapun itu, Indonesia adalah bangsa yang besar dengan kekayaan alam yang luar biasa!! Saya pribadi bangga pernah menjadi bagian dari Indonesia, kebanggan itu hingga kini masih saya rasakan…
LikeLike
Sekedar bahan informasi, silahkan klik alamat ini:
http://www.tni.mil.id/news.php?q=dtl&id=113012006110589
http://www.mail-archive.com/indoz-net@cc.utas.edu.au/msg02083.html
http://omahkucink.blogspot.com/2010/03/integrasi-timor-timur-dari-1976-sampai.html
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1999/02/01/NAS/mbm.19990201.NAS93394.id.html
http://frenndw.wordpress.com/2010/01/13/masalah-timor-timur-dan-politik-luar-negeri-ri/
http://blog.imanbrotoseno.com/?p=1136
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1995/10/20/0006.html
LikeLike
Catatan prajurit di Timor-Timur:
http://catatansangprajurit.blogspot.com/2009/12/pendaratan-di-kota-dilli-1975.html
LikeLike
lagi, tulisan tahun 1995:
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1995/11/16/0008.html
LikeLike
Terima kasih banyak sahabat. Saya tak menyangka perdebatan akan sepanjang ini. Saya menulis artikel itu dari sudut pandang saya sebagai orang Indonesia. Adik ayah saya, wartawan Antara M.S. Kamah adalah saksi hidup peperangan yang mengerikan di sana. Dia banyak berteman dengan perwira TNI dan juga tokoh-tokoh Timor Timur disana. Jadi, sejarah Timor Timur adalah sejarah Indonesia. Indonesia punya hak sejarah atas Timor Timur. Ini tak bisa dipungkiri. Saya hanya menyuarakan ketidakadilan yang dilimpahkan ke Indonesia. Seolah-olah Portugal adalah pahlawan. Setahu saya Portugal adalah PENJAJAH dan tidak banyak membangun banyak bumi Loro Sae. plus membunuhi orang lokal. Indonesia juga menyakiti orang sana, tapi membangunnya.
Semoga kita bisa menutup lembaran hitam masa lalu dan melihat masa cerah. Timor Timur adalah sahabat rakyat Indonesia, bahkan saudara kandung yang senasib atas kekuatan setan dari barat: KOLONIALISME.
LikeLiked by 1 person
Saya setuju Mas Iwan, namun jangan ditutup rapat-rapat lembaran hitam tersebut. Biaralah jadi sejarah yang diharapkan mampu menyadarkan kita, bahwa kita adalah manusia yang terlihat manusiawi artinya bukan orang yang tanpa cacat bak pahlawan atau malaikat. Dengan demikian, kita masa kini diharapkan bertindak menjauhi kesalahan masa lalu tersebut….
LikeLike
ALI dan SALEH LAMAH bersuadara adalah kawan saya akab sebagai redaktur surat Kabar PEDOMAN RAKYAT di Makassar.Keduanya sudah bepulang?
LikeLike
waaah saya pernah bertugas di sana…berangkat akhir 1997 kembali awal 1999…tepatnya di daerah buicaren-vique-que…kami menyatu dengan rakyat seperti saudara sendiri…kami sangat akrab dengan anak-anak timor….saking terkesannya anakku yang pertama keberi nama “owan hadomi” (anak tercinta)..dan kami tidak membunuh siapapun…tak ada alasan apapun antara kami dan rakyat untuk membunuh…timorku sayang..timorku yang hilang…
LikeLike
Andaikan Woody dapat bercerita banyak tentang tugasnya di Timor-Timor….
LikeLike
waah sedikit yang bisa saya ingat..kami tergabung dalam satgas BTT (teritorial)…pos kami di pinggiran ujung kampung…sedikit banyak membantu masyarakat dalm teoriti kami..memberikan layanan pengobatan gratis….dalam pos kami disediakan 2 tenaga medic dari batalyon…dalam 1 hari terkadang ada masyarakat yg berobat..kadang jg ngga ada…tp rutin pasti ada saja yg berobat..kebanyakan hanya penyakit ringan2 saja..gatal-gatal diare…malaria..pusing2 dll…kemudian memberikan penyuluhan kesehatan dibantu ibu Kaur setempat…menerima undangan pernikahan..dansa-dansi…menghadiri belasungkawa…kerja bhakti mendirikan rumah penduduk….patroli wilayah….pam RPUdll..intinya kami hanya membina hubungan yang baik dengan penduduk dan mencoba turut andil untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya..selebihnya adalh kegiatan rutin survival kami…mencari kayu bakar…mencari sayur-mayur liar yang tumbuh disekitar hutan…ngangsu air di we motin…kadang untuk melepas kejenuhan pergi ke bukit fatometi berburu rusa…melepas malam dengan jaga serambi ditemani nyamuk..suara belalang dan gonggongan anjing….suasananya sangat tintrim sunyi dan mencekam (jngn pernah membayangkan sebuah kampung yg ada di jawa deh)…terkadang kami kedatangan pemuda setempat Nasu dkk..membawa gitar…gitaran semalaman dg lagu2 timor..seingat saya mas Nasu nih gape banget maen gitarnya…terkadang dari Koyon di taibesi mendatangkan layar tancap di pos kami…waah seru jadi hiburan penduduk semalaman..sambil main bola gelinding…seumur-umur aku ngga mau judi…waah dapt pengalaman main bola gelinding asyik juga….saat bola nangkring diangka 12 spontan mereka teriak “duabelas tengah malaaam”…atau saat di angka 5..”susi susantiii”…dsb….geli pokoknya…sekedar hiburan….pas hari natal tahun desember 1988 menjelang kami mau kembali…di pos kami mengadakan pesta kecil-kecilan walaupun kami semua muslim…masak & makan bareng-bareng dengan sebagian penduduk dipos…jd ingat adelino…dominggos…si moris kiak..mama metan..pak RT..pak lurah… Nasu dll..entah gimana sekarang nasibnya??
oh ya…beruntung bagi kami… mas dominggus(moris kiak) ni punya warung kelontong tempat kami belanja sabun..mie instan dsb…jd klo logistik telat kami pasti belanja kesitu…nah dia juga punya rusa jinak namanya si alex yg suka curi makanan kami..hahaha…aah dasar rusa..
yaah itu saja yang sedikit bisa saya ingat….kami lebih enak ketimbang bapak-bapak satgas dari Zeni..yang saya tahu mereka seharian bekerja membuat jalan dan infrastruktur lainnya..tiada hari libur….
kalo ingat itu semua rasanya….kami tak merasa sebagai penjajah…sedih juga di cap demikian….karena bagaimanapun juga setelah peristiwa integrasi yang banyak menimbulkan korban (1975..aku masih kecil)….setelahnya setahu saya TNI lebih fokus pada civic action..bukan tempur….satgas Zeni dan teritorial jauh lebih dominan ketimbang satgas tempur..satgas tempur yg relatif kecilpun hanya beroperasi lawan gerilya saja..bukan untuk bertempur…
aah sudahlah mari kita lupakan itu…lebih baik kita saling hidup berdampingan dengan baik antara negara Indonesia dan Timor…itulah kebijakan terakhir pemerintah kita….kalaupun secara pribadi saya di cap sebagai penjajah…mungkin saya seorang “penjajah” yg paling baik di dunia hehehe…bukankah sejarah mempunyai versinya masing-masing?
salam hormat kami kepada masayarakat Indonesia yang respect terhadap perjuangan kami…salam hormat kepada seluruh veteran….salam hormat kepada seluruh martir dari semua pejuang integrasi maupun yg kontra….salam hormat kepada seluruh janda-janda pejuang……semoga pengorbanan kalian tidak sia-sia….semoga Allah mencatat pengabdian kalian sebagai amal baik..amiin….
LikeLike
Cerita yang menarik, jauh berbeda dari yang saya baca. Terima kasih atas kisahnya, dapat membantu saya dalam memahami sejarah Tim-lest…
LikeLike
Mas Woody,
Saya belajar pingpong/tenis meja dan Volli dari TNI loh. Sering maen breng jadi ingat pak Siki dari Sulawesi, Made (Bali), Pak dokter Agus (Bali), dan laen-laen yang pernah tugas di RUMKITLAP Baucau, Timor-Leste 1999.
Pokoknya asyik dah… namun yang namanya pak Irwan paling ditakutin ama anak muda dan dimusuhi FALINTI namun sekarang Anaknya udah di Dili lagi kerja di Aru Restaurant (Pantai Kelapa, Comoro).
Pokonya udah damai dah.
Orang-orang bugis ynag jualan pakaiyan dari sebelum 1999 juga masih disini loh. Toleransi beragama juga luarbiasa DASYAATTTT disini. Umat Muslim bisa solat lima waktu dan umat Nasrani memaklumi kegaduhan di pagi hari saat solat Magrip.
Indahnya Timor-Leste.
🙂
LikeLike
Habibie menyetujui referendum Timor Timur berdasarkan informasi yg diterima:!) An ggota GOLAR ada 60% di TIMTIM, yg past memilih Ind,2) TNI sudah 100% menguasai TimTim.Hal yg tidak benar.
LikeLike
Bapak sebenarnya Semua Masyarakat Indonesia yang pernah pertugas di Limor-Leste itu baik temasuk tentara Indonesia. Saya dari Baucau dan Rumah saya sekitar sepuluh meter dekat Rumah Sakit Militer “Hesti Wira Sakti (RUMKITLAP) Baucau”.
Sering lihat tentara FALITIL dan ABRI yang mati dalam medang perang (hampir setiap bulang lihat mayat atau orang yang terluka).
Setuju dengan anda karena waktu kecil saya berteman dengan anak-anak TNI juga dan para relasi yang bekerja untuk FALINTIL (Klandestine/gerakan bawah tanah) waktu itu juga tahu yang mana yang baik dan mana yang jahat. Termasuk para dokter Tentara yang tugas di tempat tersebut waktu itu tidak pernah satupun yang terluka maupun cacat.
Tahun 1999 sebelum meningalkan Timor mereka berkata kepada kami ” Selamat kalian mendapatkan kemerdekaan dan terimah kasih telah melindungi kami dan keluarga kami”. Sempat memberikan stock makanan dand menginformasikan kemungkinan perang waktu itu akan panjan.
Sebetulnya kami sudah merdeka namun kita masih keluarga. Jujur dan setahu saya para TNI yang baik hati dan mengunakan pendekatan Diplomasi ada yang masih Hidup dan bisa memberikan kesaksian yang benar.
Orang Indonesia adalah tetangga dan saudaraku.
Salam damai.
LikeLike
setelah berpisah saya berharap semoga timor-timur semakin maju dan mandiri & tetap menjaga persahabatan & persaudaraan dengan indonesia…..menjadi 2 bangsa yang maju….
LikeLike
Saya lebih senang, untuk optimis bahwa Indonesia lebih maju dari pada Timor Leste, dan saling menjaga perdamaian…
LikeLike
saya juga mempunyai persepsi demikian…kelak kita akan menjadi macan Asia yg sebenar-benarnya…pendapat saya pribadi..musuh kita yg sebenarnya adalah yang mengaku-aku sebagai saudara serumpun dari utara…mari kita mewaspadai itu….
LikeLike
Pasti saudara. Bahkan saya ingin mengikat kembali rasa silaturahmi dengan saudara-saudara Indonesia yang pernah tugas di TL. Khusunya yang pernah tugas di Baucau (baik yang waktu itu jahat maupun baik).
Jujur… dulu bisanya cuman Tetum dan Bahasa Indonesia namun setelah 1999 sudah bisa agak fasih berbahasa Portugis dan Ingris merupakaan kebangaan tersendiri sebagai generasi baru negara baru RDTL.
Kalo ada waktu ketemuan ama teman lama saya jamin “So many things are different by now”.
Bangga udah pernah belajar bahasa Indonesia dari SD sampai SMA kelas 2 di tahun 1999.
LikeLike
Timor Leste harus dibantu dan didekati kembali oleh Indonesia. Waktu akan membuktikan, kelak rakyat Timor Leste akan lebih dekat dengan orangs Indonesia bahkan akan menyatu seperti satu negara, meski berbeda paspor. Kita hanya dibentuk oleh sebuah pola pikir yang membatasi kita dengan yang namanya batas negara. Persaudaraan dan kemanusiaan tidak mengenal batas negara. Itu hanya bahasa hukum. Semoga Timor Leste terus maju mendapat hak-hak dasarnya sebagai sebuah bangsa baru.
LikeLike
Let history spoken….
LikeLike
sy paling suka baca sejarah Timor Timur atau TL sekarang, terkait sejarah selama operasi seroja, teringat semasa masih duduk di bangku SD, banyak teman2 sekelas yg ayahnya lagi tugas di TimTim.. tulisannya bagus mas sucipto, tlong dong kalau ada lgi kisah2 para pelaku seroja..
LikeLike
Terima kasih. Itu hendaknya mimpi seluruh masyarakat TL dan Indonesia. Orang SBY, Prabowo, Wiranto, Xanana, Ramos-Horta, Taur Matan Ruak dan genderal lainnya sudah damai kok kita yang ngak pernah kontak senjata ngak mau damai 🙂
Salam damai,
LikeLike
Timor Leste milik kami sendiri ( Rakyat TIMOR ) bukan punya indonesia, portugal atau yang lainnya…… sebab kami merdeka dengan tumpah dara sendiri oleh perjuangan kami… Viva Lorosae e povo maubere….
LikeLike
oke dech…
LikeLike
bung…kalian sendiri yang ingin bergabung dengan indonesia setelah indonesia membantu pembebasan timor timur dari portugal. baca dibuku sejarah manapun begitu adanya. dan itu fair(fear) tanpa pemaksaan,bearti tidak ada yang merasa terjajah atau dijajah. lantas jika tidak ada penjajahan rakyat anda berteriak medeka,merdeka dari siapa,merdeka dari apa merdeka dari penjajahan yang tidak ada? apa itu bisa dikatakan normal? jujur jika saya jadi presiden pada saat itu saya tidak akan menggabungkan anda kedalam wilayah indonesia melainkan rasa terima kasih yang kalian haturkan saya syaratkan dalam bentuk lain (dengan menggunakan mata uang RUPIAH}
LikeLike
lanjooot gan…..
LikeLike
Bung leon rakyat timor leste tidak satu pun inggin berintegrasi dengan indonesia. Buku sejarah mana ?? buku indonesia??? wahhh aku kira itu cuman sebuah kebohongan. Proklamasi di balibo itu bukan sesuai dengan kenyataan itu hanya sebagai suatu kebohongan indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa timor leste berintegrasi kepada indonesia. Sejujurnya invansi indonesia ke timor leste karena kepentingan negara lain. dimana australia merasa lebih mudah bekerja sama dengan indaonesia untuk mendapatkan sebagian timor gap dibangdinkan dengan portugal yang tidak mau bekeja sama dengan australia.Dimana menlu australia dan menlu ali alatas melakukan penandatanganan perjanjian celah timor ketika terbang di atas laut timor dan hasilnya 50:50.
LikeLike
@rai: bisa berikan buku atau referensinya?…
LikeLike
Khidupan tiless skrg d tangan indonesia….
LikeLike
Kita sudah pake USA dollar selama hampir 10 tahun dan sekarang kita dalam proses pembetukan mata oan sendiri yang dipangil Centavos (sekarang sudah mulai dipakai Centavos 50 dan Centavos 100). centavos 50 setara dengan RP.5000
LikeLike
yowis…pek’en kabeh…
LikeLike
okay…
LikeLike
Sebagai orang Timor Lorosa’e, saya sangat berterima kasih atas tulisan di blog ini yang banyak memberikan info tentang sejarah kelam Timor Lorosa’e, thanks alot..!! Namun sekiranya, pelurusana sejarah tersebut tidak hanya ditulis berdasarkan opini dari hasil membaca buku dan artikel2 yang ada di internet, serta cerita yang didapat dari orang2 yang pernah berada di sana. Alangkah baiknya jika tulisan ini juga bersumber dari hasil wawancara langsung dengan para saksi hidup yang menjadi korban peperangan, yang dengan kedua mata menyaksikan pembantaian atas orang tua mereka, sanak saudara dan teman2 dengan cara sangat keji oleh milisi – milisi pro integrasi/pro Indonesia (warga asli Timor Lorosa’e yang buta huruf dan miskin) bentukan TNI pada waktu itu (masa pembumi hangusan Timor – Timur, 1999). Memang mudah untuk memisahkan rasional dan emosional bagi orang yang tidak langsung mengalami peristiwa pahit tersebut. Tapi saya setuju jika hal itu sudah menyangkut proses pelurusan sejarah, maka semuanya harus ditinjau dari berbagai sisi.
Namun, apapun itu, Timor Lorosa’e TETAPLAH Timor Lorosa’e yang memperoleh kemerdekaannya melalui bantuan Tuhan dan perjuangan yang bersimbah darah…
dan satu lagi, FRETELIN adalah GERILYAWAN DEMOKRAT dan BUKAN KOMUNIS!!! FRETELIN memang melakukan kesalahan pada waktu itu, tapi bukan karena FRETELIN adlah KOMUNIS, tetapi karena situasi politik pada waktu itu yang mengakibatkan mereka bertindak seperti itu!!!
Salam…
LikeLike
Kepada Joao.
Bagi saya yang terpenting adalah belajar dari sejarah, bukan hanya belajar sejarah. Artinya, masa lalu dijadikan acuan untuk bertindak hari ini dan masa depan. Pelurusan sejarah, bukan berarti membuat cerita baru yang kemudian menyalahkan yang lalu. Pelurusan sejarah selalu “tidak adil”, baik itu bagi sejarawan, terlebih para pelaku, termasuk “korban sejarah”. Oleh karena itu, berharap sejarah yang lurus ditulis dari berbagai pihak adalah amat sulit, bila tak mau dibilang: mustahil. Sederhana alasannya: emosi dan jiwa jaman sang penutur dan penulis sejarah. Sumber tutur dan tulis tak bisa diubah, tapi akan “hidup” karena “dipoles” dalam karya sejarahnya (manusia) yang memiliki emosi serta jiwa jaman yang melingkupinya.
Sebelumnya, senang kenal dengan anda yang memiliki nasionalisme cukup baik. Biasanya, WN Timor Leste yang mampir di blog saya, terkadang hanya sebentar, setelah itu hilang, padahal saya gemar membicarakan tentang negara anda (yang juga bagian integral dari sejarah Indonesia). Senang rasanya anda dapat terus berkomunikasi dengan saya.
Menyoal Fretelin sebagai komunis, itulah data yang saya dapat, baik itu dari versi Indonesia ataupun luar negeri. Alasan yang diungkapkan ialah, bahwa penggagas-pelaksana Fretelin beraliran komunis dan cara-cara yang dilakukan pada masa lalu, diyakini lazim sebagai komunis. Saya tidak mempermasalahkannya, komunis atau tidak, bisa jadi masalah tafsir sejarah. Kini, fretelin berkuasa di Timor Leste, boleh “sejarah pembersihan diri” lazim dilakukan rezim baru, banyak terjadi di negara-negara di dunia lho, walaupun saya tidak menuding khusus untuk Fretelin di Timor Leste.
Semoga tafsir yang berbeda dapat memeperluas cakrawala kita, oke Joao?. Sudikan tetap kita ngobrol?. Semoga kita dapat menjalin persahabatan.
LikeLike
god….god….
LikeLike
To Iwan:
saya tidak setuju dengan pernyataan anda bahwa secara historis Indonesia berhak atas Timor Lorosa’e karena “Sejak 17 Agustus 1945, semua kerajaan yang ada di nusantara melebur menjadi sebuah negara baru. Artinya, negara baru inilah yang menjadi pemilik sah Timor Timur. Menurut Sultan Moedaffar, Indonesia seharusnya mengklaim Timor Timur berdasarkan pada historisch recht atau ketentuan yang didasarkan fakta sejarah”. Jika begitu adanya, mengapa Indonesia tidak sekalian mengklaim Filipina sebagai wilayah kekuasaannya yang baru juga??? Bukankah Filipina merupakan salah satu wilayah yang pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Ternate???
LikeLike
to Joao: Kita tunggu jawaban Iwan ya…
…akan tetapi, saya mau merespon pertanyaan anda untuk Iwan: “Jika begitu adanya, mengapa Indonesia tidak sekalian mengklaim Filipina sebagai wilayah kekuasaannya yang baru juga??? Bukankah Filipina merupakan salah satu wilayah yang pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Ternate???”
Dibawah Soekarno dan kaum nasionalis, kami telah mengakui/klaim bahwa Indonesia adalah Nusantara, tepatnya dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Nusantara adalah bekas wilayah kerajaan majapahit, yang meliputi Indonesia hari ini, plus malaysia, singapura, dan filipina. Karena pejajahan eropa, dan ketika itu yang berkuasa eropa, maka wilayah Indonesia sesuai dengan sang penjajahnya (belanda yang menguasai dari sabang-merauke). Filipina dijajah Amerika, Malaysia dijajah Inggris, dan pada 17 agustus 1945, kedua wilayah tersebut serta timor-timor (portugal) tidak masuk RI.
Saya sendiri, tidak sepakat Timor-timor masuk Indonesia, walaupun saya coba memahami jiwa jaman pada media tahun 1974-1975 lalu. Kita sederajat sebagai bangsa yang merdeka, dan saling menghormati sebagai manusia.
Mari dialog…
LikeLike
Salam kenal juga…
Saya sungguh senang dengan balasannya…Menurut Saya, Anda adalah seorang WNI yang baik, yang mampu menempatkan diri dan tulisan Anda dengan wawasan sejarah yang baik, hanya pada poros sejarah semata, tanpa memihak A atau B…
oya, sedikit mengklarifikasi pernyataan balasan Anda (“Oleh karena itu, berharap sejarah yang lurus ditulis dari berbagai pihak adalah amat sulit, bila tak mau dibilang: mustahil”). Sebenarnya yang saya maksudkan (…”Alangkah baiknya jika tulisan ini juga bersumber dari hasil wawancara langsung dengan para saksi hidup yang menjadi korban peperangan. …Tapi saya setuju jika hal itu sudah menyangkut proses pelurusan sejarah, maka semuanya harus ditinjau dari berbagai sisi”) bukan berati proses pelurusan sejarah harus ditulis oleh berbagai pihak, karena itu memanglah hal yang sulit, namun yang Saya maksudkan adalah “lebih baik lagi jika proses pelurusan sejarah tersebut didokumentasikan dengan mengumpulkan informasi yang real dari berbagai sumber, baik itu dari buku, internet, wawancara dengan para pelaku sejarah dan para saksi sejarah, atau bisa juga dengan tinggal untuk sementara waktu di tempat dimana pernah berlangsungnya peristiwa sejarah itu sendiri. Sebab, suasana atau keadaan pada wilayah terjadinya suatu peristiwa akan sangat membantu ketika kita hendak menulis sesuatu tentang apa (peristiwa sejarah) yang sebetulnya pernah terjadi di sana. Karena pada wilayah tersebut, tentulah kita akan mendapat lebih banyak bukti2 fisik yang lebih akurat yang bisa ditelusuri asal-usulnya sebagai bahan untuk menganalisa lebih lanjut peristiwa sejarah yang sebenarnya sebelum kita membuat suatu tulisan, apalagi menyangkut sejarah” Sampai saat ini, di Timor Lorosa’e masih terdapat beberapa tempat yang belum dipugar pasca peristiwa berdarah tahun 1999 yang dengan jelas mengisahkan apa yang sebenarnya terjadi di bumi Lorosa’e pada waktu itu.
Mohon maaf!! jikalau struktur kalimat saya dalam berbahasa Indonesia kurang baik, harap dimaklumi!! ^_^…Terima Kasih untuk blog ini…
Salam persahabatan…
LikeLike
Salam persahabatan juga. Saya tidak merasa janggal dengan bahasa Indonesia yang anda tuliskan, bila anda ingin menulis menggunakan bahasa Inggris, silahkan saja. Saya coba memahaminya.
Mr.Joao, peristiwa yang baru saja berlalu, jarang sekali dituliskan sebagai kisah sejarah (produk sejarawan), yang ada seringkalai ialah kisah sejarah (produk politikus atau memoar militer). Sejarawan kampus seringkali meninggalkan kekinian, dan memilih masa yang jauh dari hidupnya. Menurut saya, peristiwa berdarah 1999, tergolong sebagai sejarah kontemporer, dimana kepentingan, emosional, dan ketakutan mengungkapkan kebenaran menjadi “raja”. “Kekuatan” penguasa dan kedekatan emosional terhadap peritiwa seringkali menjebak para penutur dan penulis dalam memproduksi kisah sejarah. It’s normal.
Film Balibo 5 adalah salah satu contohnya dan juga telah menjadi (mendekati) harapan anda: ”….bersumber dari hasil wawancara langsung dengan para saksi hidup yang menjadi korban peperangan. …Tapi saya setuju jika hal itu sudah menyangkut proses pelurusan sejarah, maka semuanya harus ditinjau dari berbagai sisi”. DI salahsatu sisi, bagi saya, ada benarnya. Kita harus jujur, betapa ABRI ketika itu melancarkan banyak aksi kekerasan yang mereka yakini sebagai “penuntasan tugas”, disisi lain, kita juga harus jujur Fretelin juga melakukan banyak aksi kekerasan bagi para pendukung pro-integrasi. Ini salah satu pilihan, bilaman kita mau jujur demi meluruskan sejarah, yang tidak enak sekalipun harus ditampilkan.
Saya merasa kenyang menyaksikan, betapa bangsa Indonesia terlihat buruk di mata dunia, baik pada bagian pelanggaran HAM, khususnya Pasukan Khusus Indonesia (Kopassus) ataupun budaya korupsi. Saya merasa miris, betapa banyak bangsa yang selalu “menceritakan” keburukan ABRI ketika bertugas di Timor-Timor, Aceh, dan Papua. Bagi saya, itulah dampak rasional yang harus dihadapi. Namun diluar itu, saya juga harus jujur bahwa NKRI dipilih dunia sebagai personil penjaga perdamaian diberbagai wilayah konflik, masuk dalam dewan keamanan PBB, dan mengetuai komisi HAM Internasional di PBB, belum lagi terhitung, Indonesia seringkali menjuarai olimpiade kimia, fisika, biologi, matematika, komputer, dan penelitian di tingkat dunia. Dan, Kopassus sebagai pasukan elit negara no. 3 terbaik dunia setelah SAS (Inggris), dan Mossasd (Israel).
Kita harus jujur, kini TNI sudah berubah, saya yakin Fretelin-pun demikian (menjelmakan diri dengan wujud baru dalam dunia kepemimpinan sipil di Timor Leste sekarang). Keduanya menuju pada segmen: profesionalisme, bahkan, khususnya TNI, dalam salah satu materi dasar dan utama dalam pembentukan pribadi tentara adalah Pemahaman HAM.
Reformasi telah merubah wajah Indonesia di segala lini dengan perlahan namun pasti. Perubahan ini, jauh berbeda seperti di jaman Suharto, sehingga reformsi membawa harapan dunia baru. Buktinya, berbagai kasus terselesaikan, Tapol dibebeaskan, Aceh damai, Papua terima Otonomi Khusus, dan Timor-Timor Referendum. Untuk yang terakhir, Xanana dan kawan-kawan patut berterima kasih kepada mahasiswa Indonesia karena gerakan reformasi 1998 mengusung tuntutan Referendum bagi Timor-Timur (dan dikabulkan Presiden B.J. Habibi).
Salam persahabatan, semoga kita dalam menjalinya dengan baik…
LikeLike
Pak Iwan, pandangan anda telah menjadi materi kampanye oleh lider-lider pro-otonomi pada tahun 1999, bahkan menjadi kotbah oleh para pendeta protestan tentang budaya dan geografi sebagai alasan mempertahankan Timor-Timur sebagai bagian tak terpisahkan dari RI, namun sayang kami telah menjawab dengan singkat: lihat pulau kalimantan ada malaysia dan Brunei masyarakatnya adalah satu budaya dan geografinya anda lihat di peta tidak perlu berkunjung ke sana. Timor-Leste tidak pernah dan tidak akan pernah bagian dari Indonesia. kami akan semakin berbeda budaya dari Indonesia oleh penggunaan bahasa resmi “portugues”
Meu Timor, minha patria, Timor sempre Timor ninguem pode mudar amen.
XIMENES dari Matebian Quelicai
LikeLike
saya sih gampangnya gini, bukankah kemerdekaan timtim berarti terbelahnya persaudaraan? bayangkan satu pulau, dulunya satu kerajaan.. trus oleh penjajah dibagi2 (kayak kue) satu milik belanda satu milik portugis.. trus awalnya bersatu sekarang berpisah lagi gara2 elitnya merasa lebih portugis?
memangnya segitu bangganya dijajah portugis? kalo ngomong TNI represif, bung jaman suharto bukan hanya anda aja… rezim yang didukung bahkan dianggkat oleh US memang represif.. tidak hanya tim tim.. pembunuhan dimana2… makanya digulingkan.. kalo kami di jawa senang2 saja tentu tidak akan menggulingkan suharto,,,
kenyataannya suharto ke TIMTIM atas permintaan US dan Australia biar tidak ada lagi negara SEA yang jadi komunis setelah vietnam… ngapain jajah timtim? tidak ada keuntungan ekonomi ada juga jadi anak emas orde baru, 6 triliun rupiah digelontorkan dari uang pajak kami…
elit2 berdarah portugis yang merasa lebih tinggi, lalu kepentingan australia untuk buka minyak di celah timor mementingkan kepentingannya sendiri…
sayang sudah terpecah.. coba kalo indo jahat.. tutup suplai minyak, listrik dan kebutuhan pokok.. hancur tuh negara…
LikeLike
tajemmm…merah deh kuping dan telinga orang timor leste….
LikeLike
Saudara/i Anza dan Suciptoardi,
Memang benar Indonesia telah membangung banyak infrastruktur dan sampai sekarang negara ini bergantung kepada Indonesia. Namun harus diingtat bahwa celah Timor telah diexplorasi oleh Indonesia dan Australia semasa pendudukan pemerintahan Indonesia Suharto. Triliunan Dollar telah masuk khas Indonesia dan Australia dan itu telah menjadi rahasia masing-masing negara. Dan sekarang sebagai bangsa yang merdeka kami harus berjuang merebut kembali ladan minyak kami yang secara ekonomis dan teritorial kelautan masih dikuasai Australia (sementara Indonesia telah menyadari dan tak mau terlibat lagi dengan kebohongan).
Menurut saya itulah alasannya Australia memata-matai Indonesia dan Timor-Leste. Sebetulnya kita dalam masalah yang sama sebagai tetanga.
Dan musuh kita bersama sekarang adalah negara penuh arogansi yang harus kita hadapi dengan Peach Resolution karena kita tidak mau perang lagi.
LikeLike
Mbok ya jangan ngarang harus ada sumber dan data yang jelas ya. kalo bilang timtim kaya sumber daya alam. Sumber daya alam apa?
Minyak seuprit di celah timor yang aka habis di 2025? Itu pun dicuri australia. Coba anda simak tentang petro fund dan bagaimana buruknya pemerintah anda saat ini mengelolanya http://www.laohamutuk.org
Explorasi minyak itu baru mulai tahun 92. Tahun 99 baru mulai ekploitasi oleh perusahaan minyak australi, uang minyak batu masuk oktober 2000 bagaimana anda bisa bilang triliunan dolar masuk indonesia? Yang ada anda dibodohi australia. Toh australia lebih baik bernegosiasi dengan timtim dibanding indonesia jika mau eksploitasi celah timor. Makanya dibikin merdeka aja, kasih remah-remah.
LikeLike
Saya mencoba menanggapi ide-ide dari Anza; menurut Anza seakan-akan Timor-Leste sangat tergantung secara ekonomi dari Indonesia, wah peduli amat sama Timor. Kami tidak sekaya Indonesia yang begiiiitu makmur. Memang kelaparan pernah terjadi tapi itu akibat invasi militer Indonesia pada tahun 1975. Masyarakat Timor-Leste dihidupi oleh hasil alam sendiri bukan dihidupi oleh Indonesia kalau tidak ada sumber alam, mana mungkin dua bangsa penjajah bergantian menjajah Timor. Indonesia tidak semata-mata karena belas kasihan terhadap masyarakat Timor-Leste. Setelah Indonesia pulang ke Jakarta apakah ada berita kelaparan disana yang meminta Indonesia mengirim bantuan. Mungkin kita terlalu enak bicara sehingga ungkpan kita berlawanan dengan fakta yang ada.
Saya bisa salah, ingin mengatakan bahwa minyak di selah Timor itu tidak akan habis, yang bilang habis itu bahasa politik yang mau mengelabui orang, iya ada segi positifnya supaya membangun kreativitas masyarakat agar jangan terlalu tergantung pada minyak tapi yang lain perlu dibangun juga.
LikeLike
ternyata saudara saudara yang disini sangat peka terhadap persoalan 2 negara dan beberapa negara yang dianggap ikut campur, sebnarnya jika dikatakan bahwa timor-timur milik indonesia rasanya kurang pas dan sangat jauh dari pemikiran yang lebih konkrit dibandingkan sejarah mengenai sultan ternate, begini sebelum bangsa-bangsa portugues menginjakan kakinya di timor leste, masyarakat timor leste sendiri sudah memiliki sistemnya sendiri yang dikenal dengan sistem kasta yang dimana seorang liurai yang memrintahkan masing-masing daerahnya dengan secara langsung sudah ada sistem yang mengatur masyarakat setempat artinya bukan hanya karena ada nya pemerintahan portugues yang mengajarkan atau mengarahkan mengenai cara beprilaku atau mengenai hal lain, masyarakat timor leste dulu memiliki adat istiadat sendiri yang memang sudah ada dan masih dipertahankan saat ini.masyarakat timor-leste sendiri pernah melakukan perlawanan terhadap bangsa portugues untuk beberapa lamanya namun dikarenakan bangsa portugues mendatangkan seorang pastor yang kemudian menyebarkan agama setidaknya meredam pertikaian antara keduanya sehingga bangsa portugues berhasil mengambil alih seluruh masyarakat termasuk para liurai-liurai (raja-raja), sekarang yang ingin saya pertegaskan saja bahwa coba saudara-saudara bayangkan 450 tahun lamanya portugues mendiami daerah timor-leste,dan secara langsung kebiasaan yang masyarakat timor-leste serap adalah hal yang diajarkan oleh bangsa portugues yaitu untuk bagaimana hidup taat pada apa yang mereka lakukan walaupun adanya bentuk diskriminalisasi tetapi hal itu dianggap tidak berpengaruh untuk melksanakan hidup mereka, bukan masalahnya orang timor leste bangga dengan bangsa portugues hanya saja nilali-nilai yang ditanamakan oleh bangsa portugues berlaku dalam pikiran dan kehidupan mereka,sedangkan indonesia bukan tidak baik memang pada hal rill nya pembangunan di timor leste berjalan sangatlah cepat permaslahanya terletak pada isu politik indonesia yg waktu itu untuk menjaga kedaulatan NKRI sehingga oknum oknum tertentu melakukan intimidasi,sedangkan indonesia melupakan satu hal bahwa Timor leste bukan di jajah oleh belanda tetapi portugal yang artinya kedua negara itu mempunyai cara-caranya sendiri dalam memperlakukan negara-negara jajahannya, setelah salazara digantikan oleh caetano di portugal, timor-leste sudah tidak merupakan negara jajahan melainkan menjadi propinsi negara portugal seberang, yang disini menjadi intinya orang timor leste sudah diberikan pendidikan oleh portugues dengan demikian didikan yang diajaran oleh bangsa portugues diterima dan diserap bukan karena merasa bangga tetapi karena kenyataannya orang timor leste dulunya adalah orang timor porto yang mau tidak mau tetap mengikuti sistem portugal.jika pada saat timor-leste di jadikan propinsi indonesia tidak banyak hal merubah pikiran orang timor-leste yang masih merasa orang timor-leste adalah orang timor-leste tidak dimiliki oleh siapapun,jikapun portugal merasa bahwa timor-leste perlu dukungannya, ya sah saja mengingat 450 tahun bukan waktunya sangat cepat.
LikeLike
dengan demikian, rasanya Indonesia harus 450 tahun lagi agar dapat merubah pikiran orang Timor Leste…
(kalau mau diskusi, alamgkah baiknya menggunakan nama lengkap (agar dapat dipertanggungjawabkan yaa…))….
LikeLike
Pak Sucipto, Indonesia bangga dengan kemerdekaan, pasti. merdeka karena dulunya dijajah. kami tidak kurang membenci Indonesia, Indonesia mendukung Timor-Leste menjadi anggota ASEAN tapi anggota lain tidak terima karena pertimbangan ekonomi dan politik, tapi Portugal lebih dulu terima Timor-Leste sebagai anggota CPLP. Ini bukti bahwa kami tidak membenci bangsa penjajah iyaaa sedikit kaitkan dengan istilah regim.
Luka kulit lebih cepat sembuh ketimbang luka bathin/hati, kami punya hak untuk membedakan Portugal dan Indonesia karena cara masuknya amat berbeda yaitu :
Masuknya portugal melalui penyebaran agama katolik oleh missionaris dominikan, tinggalkan Timor-Leste karena reformasi di portugal, sedangkan masuknya Indonesia melalui invasi/penyerbuan militer pada 7 desember 75 dengan sebuah slogan “sarapan di batugade makan siang di lospalos” pulangnya indonesia karena hasil referendum (jajak pendapat diperhalus oleh pemerintah Jakarta) dan sempat membumihanguskan kota Dili dan distrik lain di TL. Inilah kenyataan sebenarnya.
soal membangun Timor-Leste, dua bangsa telah membangun di Timor. Portugal telah membangun struktur pemerintahan dan jalan raya, Indonesia menyusun administrasi perkantoran dan mengaspalkan jalan raya, saya tidak berani katakan Indonesia lebih baik dari Portugal, bagaimanapun budaya portugal telah tertanam di bumi matahari terbit atau Lorosae atau sol nascente. Negara yang kecil dan miskin tidak layak menasihati negara besar seperti Indonesia, anda sebagai WNI yang setidaknya lebih dewasa perpikir soal Timor-Leste.
pak Sucipto salam sejahtera buat anda sekeluarga
LikeLike
Setuju… selama 450 tahun cuma 30% masyarakat Timor-Leste yang tercatat manganut Agama Kriste selebihnya animisme (menurut saya Agama leluhur sendiri).
Waktu perjuangan melawan pendudukan jumlah melonjak tinggi karenah itulah satu-satunya cara untuk mengubah pola politik USA dan Australia. Dan akhirnya berhasil.
Sekarang hampir 99% yang sudah menjadi Kristen (yang pada waktu itu dikristenkan oleh sebua situasi).
Logikanya orang Portugis juga tidak memaksa orang Timor untuk menjadi Kristen pada periode tersebut.
LikeLike
Saudara Watu-Naha, sedikit yang saya mau tambahkan ke tulisan anda biar pak Sucipto tau kenyataan yang ada.
pertumbuhan iman Kristen katolik oleh pak Sucipto seakan-akan karena Indonesia. Mungkin pak Sucipto kurang melihat sedikit ke belakang, Belanda tidak mengajar Indonesia menjadi Islam meskipun Belanda sendiri bukan Islam. Begitupun Indonesia dikenal sebagai mayoritas Islam tetapi rakyat Timor Timur malah bertumbuh subur dalam iman katholik. Banyak argumen yang berkaitan dengan geografi, budaya, sosial maupun agama sudah dikampanyekan untuk mempertahankan integrasi Tim-Tim tetapi tetap tidak mampan.
Ya, tubuh seseorang bisa dibunuh tetapi jiwa kemerdekaannya tidak akan mati. Indonesia lebih dulu merdeka sebenarnya punya pengalaman tentang itu.
Seorang mantan kepala negara Indonesia pernah mengatakan begini : “kami Indonesia dulu sarjana setengah bus saja bisa mendirikan negara, kalian orang timtim yang sarjana dari jawa saja sudah satu dobonsolo (kapal) belum termasuk yang lain, kalian lebih bisa dari kami”
Mungkin ada rasa kecewa yang tersembunyi yg sengaja tidak diungkapkan bahwa tim-tim tidak menjadi islam tapi malah menjadi katholik.
LikeLike
kembali lagi, apa bedanya dengan orang timor di bagian barat? bisa-bisanya mereasa berbeda dengan orang timor barat karena dijajah portugis.. apa orang timor barat bangga dijajah belanda? satu pulau, satu darah kok bisa merasa berbeda..
kalo memang propinsi jauh portugal secara tidak langsung mengapa harus merdeka, balik saja ke portugal sana.. pakai jalan aspal saja tidak boleh, jumlah penduduk katolik sendiri masih kalah dengan jumlah penganut anismisme pada saat dijajah portugal..
sebutkan negara yang maju dijajah portugal? angola?
LikeLike
tidak ada negara yang maju karena penjajahan, terlebih dibawah penjajahan Portugal. Timor Leste aja, sekarang masuk dalam 10 besar negara termiskin di dunia. Saya do’akan, semoga negara tetangga Indonesia yang satu ini mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya, khususnya merdeka dari kemiskinan. Amiiin.
LikeLike
Indonesia saja sudah merdeka 69 tahun masih dikategorikan negara miskin apalagi Timor-Leste, contoh di jakarta saja manusia2 masih banyak yang ditinggal di bawah jembatan. Dari semua koment diatas artikel itu hanya menulis facta yag bernuasa ekpresi ketidakpuasan kekalahan Indoneisa di Timor-Leste, seperti komenetar atikel diatasmenyebutkan;
1. bahwa hitungan suara referendum di PBB ini SANGAT keliru besar…suara referendum dihitung di Dili waktu itu dipantau dari observer Indonnesai termasuk kontigen Deplu RI, orang2 ikut Dino Patijalal, Benjamin M. dll.
2. Indonesia dibentuk berdasarkan wilayah yg dikuasai oleh belanda bukan yyang dikuasai oleh Portugis. Masalah ternate sampai di TL itu tak ada bukti sejarah di TL, ini hanya klaim yg nihil. Klo anda klaim dari kerajaan Weluli wehali itu masih masuk akal. Krena ada sejarah di TL.
3. Orang TL 1975 itu berjuang utk memerdekan TL diri penjajah Portugis yang artinya orang TImor juga tak suka mereka, masa orang tidak suka satu penjajah mau lagi penjajah jelas melawanlah. Orang mau merdeka itu apa saja kamu kasih pasti dia tak mau apalagi menggunakan pendekatan militer yg menekan orang habis2an. Klo anda semakin menekan maka dia semakin melwan. Ditambah lagi, anda membawa orang2 luar masuk disana dan menguasai posisi2 penting dengan mengabaikan orang pribumi Timor. Contoh Papua Barat sekarang kenapa terus berontak?? Kalian2 ini intelek yang menulis sekarang telitilah Papua barat supaya jangan lagi merdeka…. ini sekarang menjadi satu ujian yang sangat besar bagi RI. Kalian bantu negaramu cari akar persoalan, jangan lagi SIBUK DENGAN TIMOR LESTE, BAIK ATAU BURUK PUN SDH BERNEGARA. BANTU BAPAK SBY URUS PAPUA BARAT kasihan Papuua melepaskan diri berapa kekayaan alam yang akan dia bawa. Take care papua eh…
LikeLike
Sekarang anda kelihat tidak bermoral di argumen ini karena doa anda sangat sinikal. Timor bukan negara miskin tapi belum adanya sumber daya manusia yang memadai. Timor layaknya Brunei yang kayak akan hasil bumi. Kami yaking bisa merdeka berarti kami bisa juda membangung 🙂
Salam damai,
LikeLike
Pak Sucipto, katakan tidak ada negara yang maju karena penjajahan, makanya para negara-negara bekas penjajah jangan suka menjajah. Indonesia pernah merasakan penjajahan setidaknya punya pengalaman. Timor-Leste miskinnya double karena dua penjajah bergantian, masuk 10 besar negara miskin: 5 diperoleh dari portugal dan 5 dari Indonesia, jadi kata anda persis kena sasaran, terima kasih.
LikeLike
Untuk saudara anza, untuk melihat masa depan timor leste jangan dulu dibandingkan dengan negara-negara jajahan porto, perspektif untuk masa depan alangkah bagusnya coba cari kelebihan timor leste untuk yang sekarang. jika dilihat dari sisi pembangunan mungkin masih butuh waktu ke depannya, disini kan kita hanya membahas masa lalu suatu sejarah bukan mengklaim masa lalu untuk menerapkannya ke masa sekarang, angola,sao tome dan negara negara lainnya kan berbeda dengan timor leste walaupun sama sama dijajah portugues, jika dikatakan kami sama dengan daerah timor lainnya secara fisik dan penampilan ya sama, namun yang ingin saya tekankan 450 tahun bukan waktu yang lama,apapun yang diajarkan oleh portugues pada bangsa timor leste itulah inti yang membedakan mulai dari kebiasaan dan cara berpikir, soal negara timor leste yang maju atau tidak, itu kan masih suatu interpretasi yang terlalu dini mengigat timor leste resmi melaksanakan restorasi kemerdekaan pada 2002, untuk saudara suciptoardi anda memiki ilmu yang luas mengenai sejarah timor-leste namun jika alngkah bagusnya anda melakukan suatu kajian normatif dan mengkonfigurasikan dengan kajian empiris sehingga dapat melihat dari 2 sisi secara spesifik tampa melupakan hal-hal yang sangat inti dan sensitif terhadap suatu pusat masalah yang lebih rill dengan demikian saya yakin anda mengerti sepenuhnya dengan silogisme yang anda miliki hingga tidak ada pemikiran yang impartial dari dua sisi..
untuk diskusi ini sangat bermanfaat…..
agar kita bisa saling melengkapi dan mengisi sejarah ke2 negara ini
dengan demikian kita semua akan menjalin hubungan yang baik pula.
salam.
LikeLike
Mau kah anda menuliskan sejarah Timor leste bersama saya, dan terus kita perbaiki bersama-sama pula?
LikeLike
Saudara/i anza,
Jangan jauh-jauh cari negara maju atau daerah maju bekas jajahan Portugis. Tingal beli ticket dan ke Macau saja 🙂 atau kalo mau bisa beli tiket pergelaran piala duni 2014 di Brasil. Biar tau gimana situasi di sana.
Dan perlu datang ke TL biar lihat perkembangan terakhir dalam kurung waktu 10 tahun.
Pengalaman pribadi sebelum 1999. saya hanya berbahasa Indonesia dan Tetum namun sekarang sudah bisa berkomunikasi dalam bahasa Portugis dan Ingris. Dalam keluarga saya terdapat 7 bersaudara dan hampir semuanya udah bisa berkomunikasi dalam bahasa Ingris dan Portugis dalam skala kecil.
Contoh, Kakak tertua perempuan kini mengunakan passport Portugal untuk bisa tingal dan bekerja di Irlandia Utara bersama 4 orang anaknya dan Kakak laki-laki tertua juga tingal dan bekerja di Ingris mengunakan passport Portugal.
Bukannya bangga namun kini kita memiliki sayap untuk bisa terbang dan ngak sama seperti dulu. Sebagai informasi bahwa sekarang anak si tukang kebong juga sudah mendapatkan kesempatang untuk belajar di China, Cuba, Australia, USA, Inggris, Irlandia, Jepang, Indonesia dan laen-laen… itulah yang kami pangil DAMPAK POSITIF DARI SUATU KEMERDEKAAN.
Salam damai,
LikeLike
??? Passport portugal? Loh ini bahas apa? Timtim apa portugal? Katanya merdeka?
Memangnya dengan passport indo gak bisa kerja di semua negara yang anda sebut?
Benar-benar nggak ngerti jalan pikiran anda.
Masalah macau, itu negara pendapatannya ya dari industri judi dan prostitusi. Gak ada yang lain. Brasil ya karena natural resourcenya kaya sangat jauh dibanding timtim bahkan portugal sekalipun.
Bandingkan timtim itu dengan angola.
LikeLike
Anza, nama yang indah, dalam dialog ini saya temukan bahwa Timor-leste ternyata budaynya beda, pola pikirnya sudah tdk sama. anda heran Timor-Leste bisa memiliki pastort portugal, adalah salah satu cara pemerintah portugal untuk membantu orang Timor. orang miskin harus dibantu bukan diejek, atau didoakan biar tambah miskin? kata-kata anda agak mengejek tapi itulah sifat yang membedakan kita, sudah sepantasnya kita berbeda negara, ini sebuah anugerah yang tidak ternilai. Viva Timor Leste independente.
LikeLike
Anza yang baik, pada prinsipnya pejajah tdak ingin wilayah jajahannya maju. sekarang ini yang sering katakan Timor-Leste miskin adalah Indonesia pada hal Tim-Leste baru pisah dari Indonesia. jika penjajah mau memajukan wilayah jajahannya maka Timor-Leste lebih maju dari semua negara di Asia karena dua penguasa telah bergantian membangun di TimTim, kenyataannya masih sangat miskin, meskipun rakyat timtim tdk merasa miskin yaaa karena sudah terbiasa hidup miskin.
Bangsa Indonesia terutama salah seorang WNI yang menulis di blog ini setidaknya memahami lebih dalam tentang sejarah Indonesia dan Timor-Leste.
Saya menemukan tulisan saudara, argumen seputar sejarah TL oleh Suciptoardi.
LikeLike
Kepada Saudara suciptoardi:
Maaf, saya hanya ingin tahu maksud dari kalimat Anda sebelumnya “rasanya Indonesia harus 450 tahun lagi agar dapat merubah pikiran orang Timor Leste” itu apa? merubah pikiran orang Timor Leste untuk jadi seperti apa?
LikeLike
silahkan baca logika dalam komentar seraq di atas.Pernyataan saya adalah “lanjutan”-respon logika tersebut. selamat membaca. Salam persahabatan….
LikeLike
Berdialog membicarakan sejarah Timor Leste dan Indonesia, harus dilihat dari banyak sisi. Selama ini kita hanya memakai terminologi dalam kajian politik.
Alangkah baiknya kita semua menerima kenyataan-kenyataan yang sudah terjadi. Pendapat saya bahwa Timor Leste punya Indonesia, hanya untuk menunjukkan bahwa Indonesia punya hak sejarah atas sebuah bangsa yang bernama Timor Leste. Seperti halnya Belanda, Portugal atau Inggris atau Jepang atau bangsa manapun yang punya hak sejarah terhadap perjalanan bangsa Indonesia.
Bukan hanya rakyat Timor Leste yang menderita batin dan perasaan atas sejarah mereka bersama Portugal dan juga Indonesia. Kami di Indonesia lebih menderita lagi dibanding mereka di Timor Leste atas kekejaman kekuatan iblis orang-orang Eropa. Jadi, bangsa Timor Leste tak perlu cengeng, manja dan menangis terus mengingat masa lalu. Penderitaan bukan milik orang Timor Leste saja.
Hal terbaik adalah melupakan masa-masa penuh kepahitan di waktu lalu. Kemudian, kita bersama menatap masa depan yang lebih baik antara bangsa Indonesia dan Timor Leste.
Masa depan lebih indah dan lebih terbuka segala kemungkinan untuk kita bisa hidup rukun saling menghargai, dibanding membicarakan masa lalu yang sudah terkunci dan tak bisa diubah lagi keadaanya.
LikeLike
Mono perspektif sudah lama ditinggalkan kaum sejarawan ilmiah. Lebih jauh, kancah politik sudah tidak dominan lagi, dan ditambah dengan sisi sosial, ekonomi, dan sebagainya. Saya kira, tulisan Iwan S, tidak melulu politik, ada pula sisi sosial dan hukumnya. Namun, betul, seringkali kita lebih senang yang berbau politik karena info/bacaanya mudah diperoleh, dan lebih bombastis, apalagi kalau dapatnya dari media elektronik atau tulisan kaum militer.
Melanjutkan pendapat Iwan, bahwa: bangsa Timor Leste tak perlu cengeng, manja dan menangis terus mengingat masa lalu, adalah benar. Berebeda dengan Iwan, masa lalu jangan dilupakan, tapi diingat untuk menjadi acuan bertindak, jangan sampai jatuh pada lubang yang sama. Mari menatap masa depan yang lebih baik, persahabatan dan kerukunan adalah pilihan yang lebih rasional, daripada ofensif atau perang dengan Indonesia, karena Timor Leste tidak akan mampu melawannya (setidaknya itu keyakinan saya). Mari kita bekerjasama sebagai bangsa yang sederajat.
Salam persahabatan…
LikeLike
sekarang ini kita tak ada hubungan sebangsa,politik kita suda bedah.pemerintah harus lebih proaktif memikirkan saudara sebangsa kita di perbatasan tl.timor leste biarkan aja dia menjana ekonominya sendiri,reverendum tlah diberikan,itulah suara mereka,kami bangsa indonesia mampu hidup tampa meminta keamanan negara lain.apa si yg mau dijajah dari tl.3 saudara sy perna bertugas disana tahun 1993,secara tidak langsung sy tahu keadaan disana,sy pn tak mau memfitnah org lain.mending pemerintah mengamankan wilayah perbatasan kita,jgn sampai sembako utk rakyat indonesia terkeluar dari jalurnya.
LikeLike
setujuuu…
LikeLike
saya setuju dengan artikel di atas tentang kebohongan portugal, portugal melakukan banyak kejahatan lebih besar dari indonesia termasuk tidak memberikan kesempatan bagi orang pribumi untuk mengeyam pendidikan yang layak dan pembangunan infrastruktur yang memadai jadi seharusnya portugal dan oknum TNI yang bersalah harus di tarik ke pengadilan internaional
LikeLike
“survival of the fittest”
LikeLike
Hi semua, saya membaca semua artikel-artikel anda, kayaknya saya belajar banyak dari diskusi tersebut.
Sejarah telah mengajarkan kita segala bentuk keburukan dan kebaikan dalam hal ini tidak perlu ada yang disalahkan, meskipun ia tdk ada penghakiman yang benar! dalam hal ini untuk orang indonesia dan Portugis. ke duaduanya sama saja ada salahnya dan ada benarnya. disini yang menjadi korban sebenarnya adalah orang Timor Leste.
Kami punya tradisi pemaaf, sama seperti orang indonesia selayaknya. saya berharap kita dapat hidup berdampingan seperti saudara mungkin beda negara tapi kita masih tetanga dan selama ini menjungjung tinggi sikap saling menghormati dan saling membantu.
sejarah mengajarkan kita pengalaman yang baik dan buruk. oleh karenanya perlu kita perjuangkan hal-hal yang baik supaya menghindari hal-hal yang buruk. sudah selayaknya kita menjadi tetanga yang baik selayaknya seperti saudara.
saudaraku indonesia saya hargai perjuangan teman-teman untuk kemerdekaan Timor Leste dan itu menunjukan orang indonesia tdk semua berhati jahat. terkadang amanat membuat orang dapat berbuat jahat sayangnya TNI belum minta maaf kepada saudara-saudaranya yang selama ini mereka siksa di timor leste terutama para Janda dan anak-anak.
terus terang saya sangat senang dengan diskusi ini
terimakasih
LikeLike
Terima kasih atas apresiasinya, saya pun mengharapkan ada warga TL yang memberikan sesuatu untuk diskusi lebih lanjut. Mari berdiskusi….
LikeLike
sikap moderat dari Aguia ini juga perlu tapi yang sensitif harus ditanggapi, kalau tidak, bisa berpengaruh pada orang lain yang kurang wawasan dalam hal ancaman kedaulatan negara.
LikeLike
salam kenal pak suciptoardi..
terimakasih atas pandangan dan tulisan anda mengenai timor leste..
saya adalah salah generasi muda timor leste yang lahir di tahun 70 yang juga merasakan akan sakitnya masa peperangan..dan tulisan anda memberi makna dan informasi yang sangat berarti…semoga dimasa depan kita bisa diskusi untuk hal lain yang bisa memberi makna dan pandangan baru kepada kita untuk tetap saling menghargai..sebagai saudara..karena memang benar masa lalu..adalah masa untuk di jadikan pelajaran..agar ke depan lebih arif dan bijak dalam berpikir dan berargumentasi……
Salam hangat..dan smg bapak sll sehat dan sukses..
rencio
LikeLike
Salah hangat untuk Rencio
Pertama-tama saya jelaskan bahwa tulisan di atas bukan karya saya, tetapi tulisan Iwan Satyanegara Kamah. Saya sengaja menampilkannya oleh karena saya suka sejarah, terlebih sejarah yang juga bagian (tak terpisahkan) dari masa lalu Indonesia. Namun demikian, tanggapan / respon berasal dari pendapat saya. Dan saya bertanggungjawab akan hal tersebut.
Kedua, saya menyambut baik terhadap warga Timor Leste yang berkomentar di blog saya, terlebih saya hormati, bagi mereka yang cinta sejarah dan dapat mengendalikan amarah karena “lembaran masalalu” yang diyakini gelap. Saya selalu menyambut baik usaha komunikasi yang sejajar juga persaudaraan.
Ketiga, semoga kita dapat berdiskusi lebih lanjut tentang berbagai hal terkait Timor Leste.
Salam Hangat….
LikeLike
Pak Suciptohardi,
Semua artikel anda sudah sangat adil dan bijaksana. persilakan saya untuk bernostalgia sejenak mengenai sejarah masa lalu yang saya sendiri pernah manyaksikan.
Bapak saya adalah seorang guru jaman Portugis, Indonesia dan sekarang masih mendedikasikan dirinya sebagai pendidik di sekolah menengah milik Negara.
1974 sebagai salah seorang yang berpendidikan di kampungya Waitame-Kelikai-Baucau beliau terpangil untuk bergabung bersama Partai FRETILIN (Frente Revolusionario Timor-Leste Independencia) di level kecamatan. Beliau kemudian aktif dan bekerja sebagai informan (Messanger) dan beliau menolak untuk memegan senjata namun siap untuk berperang bilamana dibutuhkan. Beliau kemudian bekerja dengan FRETILIN dan mengungsi ke gunung Matebian waktu operasi Kikis di sekitaran 1978. Beliau pun bersama beberapa orang lainnya menyerah ke ABRI karenah anak pertamanya meningal kelaparan di hutan (Kakak Perempuan saya yang pertama dan digambarkan melalui Cerita Cantik dan mputih mulus kulitnya).
Setelah menyerah bapak lebih memilih tetap mengajar tapi untuk Gereja Katolik sebagai guru sekolah Katolik di kecamatan. Namun beliau tak luput dari pengawasan. 1979 Beliau ditangkap lagi karena tidak memangkas ranting pohon yang menjulur ke jalan raya dan secara kebetulan menhantam salah seorang angota ABRI yang sedang duduk di atan HINO (Truck Militer) dalam perjalanan operasi ke kecamatan Kelikai. Dan bapak harus mendekam dipenjara untuk hal yang sebetulnya bukan salahnya sama sekali. Beliau ditahan dan disiksa serta ditanyai pertanyaan seputar GPK (Gerakan Pengacau Keamanaan) yang sebetulnya adalah FALINTIL. Beliaupun dipenjarah selama 1 tahun dan 2 tahun wajib lapor karenah tidak memberikan informasi apapun ke ABRI. Rumah kami selalu dalam pengawasan setelah itu.
Tidak hanya itu, kedua saudaranya juga menjadi korban kegansan ABRI. Adiknya yang paling bungsu (Petani) juga sering ditangkap dan ditanyai informasi sementara yang satunya lagi ditankap dan hampir dibunuh pada tahun 1998 ketika FALINTIL mengagalkan hasil pemungutan suara di Kecamatan Kelikai dengan membunuh 17 pasukan ABRI bersama dengan POLRI dalam perjalanan kembali ke kota Baucau. Kemudian melalui Internation Red Cross bapak saya mencari adiknya sampai ketemu 6 bulang kemudian di sarang KPASUS namun kondisinya SANGAT mengenaskan.
Namun begitu kita tidak membenci saudara Kami Indonesia lainnya yang hidup berdampingan dengan kami di Baucau bahkan mereka membantu kami memberikan obat agar supaya paman saya bisa melalukan aktifitasnya sebagai Pengembala sapi dan kambing.
Bapak saya sekitaran tahun 1996 sudah merasakan hawa KEMERDEKAAN dan beliau mulai aktif melibatkan diri kembali dengan organisasi bentukan Xanana yang dikomandai dari Cipinang yang dinamakan CNRT (Congreco Nacional Resistencia Timor-Leste).
Menyimak cerita diatas kami memiliki alasan untuk mencari KEMERDEKAAN. Namun ingin menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara besar dan banyak peduduk sudah barang pasti ada yang jahat dan ada pula yang sangat baik HATINYA 😉
Salam Damai.
It always seems impossible until its done.
Nelson Mandela
LikeLike
Salam hangat untuk rencio. saya senang dapat kenal, dan semoga bersahabat dengan warga TL. semua pendapat saya yakini berdasarkan pemikiran yang berdasarkan fakta.
pendapat Rancio juga demikian, saya mengartikannya seperti slogan dalam blog saya ini: yang terpenting bukan hanya “bagaimana belajar sejarah”, tetapi “bagaimana belajar dari sejarah”
Semoga dimasa yang akan datang, kita (ina dan TL) dapat lebih arif dan bijak dalam berfikir dan berargumentasi…..
Thanks to your respons.
cipto
LikeLike
Terima kasih atas tanggapan dari Sdr. Rencio dan Belx X serta saudara-saudara lainnya tentang Timor Leste. Tujuan tulisan saya bukan untuk membela Indonesia, negara saya dan menyalahkan Portugal atau pihak yang lain. Saya hanya ingin mengemukakan rasa ketidakadilan di alami Indonesia selama Timor Leste menjadi bagiane di integral negara saya.
Seolah-olah Portugal adalah pahlawan dan pihak yang benar dan hal ini diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Ini yang saya tidak bisa diterima. Indonesia juga banyak melakukan kesalahan selama menggabungkan Timor Leste ke dalam wilayahnya.
Sekarang saatnya rekonsiliasi dan menatap masa depan yang baik. Saya senang bila Timor Leste lebih mengutamakan kepada Indonesia dalam menatap masa depannya dari negera lain yang memiliki tendensius negatif. Indonesia lebih tahu dan mengenal baik Timor Leste dibanding negara manapun di dunia..
Salam
LikeLike
Setuju….
LikeLike
Saya sangat setuju.
LikeLike
Mas Iwan,
Kalo di Indonesia ada “Bineka Tungal Ika”di Timor-Leste ada faham yang atau Ideologi pembangunan yang berbunyi “Make Friends no Enemy = Fazer amigos nenhum inimigo = Halo Balun no laós Inimigo = Persahabatan tampa ada pemusuhan”.
Kita memandang Indonesia, Australia, USA, Cuba, China, Ingris Rusia semau sama dan partner yang saling melengkapi. Namun Demikian kami mengakui Indonesia dan Australia adalah Tetangga yang paling dekat dan otomatis kedua negara ini akan menjadi partner reguler.
Tidak ada faham yang ideal di negara ini kita memandang Cuba dan USA sederajat 😉
LikeLike
well done, bung iwan!
LikeLike
Terima kasih kembali mBak Eva.
LikeLike
Diskusi yg sangat menarik semuanya mempunyai keinginan masing2 dan kebenaran masing2….tapi pd intinya semuanya diserahkan kpd rakya timor timur mereka memilih merdeka itu mmg sdh seharusnya krn kemerdekaan adlh hak2 stiap org….meliaht dari segio sejarah mmg tim2 bagian dari pulau2 nusantara tapi dilihat dari penjajahan tim2 adlh jajahan potugis beda dgn indonesia yg jajahan belanda….krn itulah yg membedakan tim2 dgn indonesia….kalau kita lihat juga dari gugusan pulau2 dinusantara tdk hanya tim2 tapi papua nugini, malaysia , brunei, singapura merupakan satu gugusan kepulauan nusantara…tapi krn penjajahan sampai smuanya terpisah dan menjd negara yg berbeda2, smuanya mmg ada permainan politik… cuma biarkanlah rakyat tim2 yg menentukan nasibnya sendiri…..yg penting perdamaian antar bangsa dpt tercipta…
LikeLike
ya eyalah, mereka kan sudah menentukan sendiri….
LikeLike
Kepada Saudara Iwan dan Sucipto,
Salam Sejahtera
Saya sangat suka kata2 kalian bahwa “Kalian sangat tidak setuju indonesia masuk ke timor Leste” dan Timor Leste Adalah 10 negara Termiskin di Dunia…..Kedua kalimat tersebut benar apa adanya.
1. Masalah Indonesia Masuk timor leste
Pada Saat 1975 indonesia Menginvasi Timor Leste atas perintah Siapa? bukankah America dan Australia (apakah kedua negara tersebut org2nya keturunan jawa mungkin), sama adja kan sama2 Pesuruh orang Kulit putih, lebih parahnya lagi setelah 25 tahun Indonesia menguasai Timor Leste malah kedua Negara inilah yg gencar2nya memberi perlindungan bagi aktivis2 Gerakan Perlawanan Timor Leste serta menfasilitasi pergerakan kemerdekaan timor leste dsb……Pada saat itu Timor Leste di-invasi dgn dalih mencegah komunis berkembang disana, apakah orang komunis yg jumlahnya cuman 1:1000 Pasukan TNI dan Australia akan mengancam kedaulatan kedua Negara Tersebut, saya pikir itu hampir Mustahil, iya kan? dan lagi Pada saat itu banyak negara komunis yg eksis pada saat itu, seperti China, Korea Utara, Rusia, Cuba, Jerman Timur, Vietnam, Kamboja dsb….Mengapa Amerika tidak Menyuruh Jepang menginvasi china, korea selatan menginvasi korea utara, thailand menginvasi kamboja/vietnam…trus mengapa Indonesia mau saja di suruh melakukan Invasi??? tanyakan itu pada Lider-Lidermu….dan Lagi jgn sok anti Eropa ato org kulit putih klo kmo masih mengunakan fasilitas mereka……alias jgn Munafik saudara….!!!!
2. Tentang Timor Leste masuk 10 besar termiskin di Dunia….
itu benar sekali saudara, kami adalah negara muda yg ada pada barisan termiskin di dunia…tetapi harus di ingat saudara kami miskin sebagai Negara tetapi tidak miskin sebagai rakyat timor leste, dalam arti bahwa kami hidup dengan sumber daya alam kami sendiri dari tanah kami sendiri, sembari membangun negara kami menuju kesuksesan…Bukan sebuah pulau miskin(Pulau Jawa) yg hnya mengantungkan hidup pada Pulau lain(Sumatra, Papua, Bali dan Maluku)………well, kami merdeka udah 10 tahun dan ada pada 10 negara termiskin di-dunia sepertinya wajar, tapi kami yakin bermodalkan negara kecil dgn jumlah penduduk sedikit rasanya kami hanya beberapa saat di 10 besar ini (ngapain hrs munafik)……bukan Negara yg sudah merdeka 66 tahun dengan Jumlah penduduk 220juta lebih yg katanya negara kaya (dibandingin ama timor leste iya lebih kaya dia laaahhhh tpi dgn bangganya dia slalu adja membandinkan diri dgn Timor Leste 66thn :10thn ibarat kakek dan cucu….kakek dan hampir di lian kubur tpi masih dibelit bnyak masalah sprti Korupsi, Tukang utang, sebagian rakyatnya masih hidup dibawah kelayakan)……
trima Ksih
LikeLike
Saya pikir ketika membaca awal kalimat koment anda, anda dapat berdiskusi tanpa ada amarah-emosi dan tidak tendensius. Ternyata saya keliru, saya pikir saya dapat menemukan orang TL yang sudah dewasa.
Oya, saya yakin, kalau banyak pemuda TL seperti anda, tak akan pernah maju TL, bahkan 66 tahun ke depan. Persis seperti dahulu (tahun 1980-90-an) banyak warga TL yang kuliah di Jawa, isinya tak lain dan tak bukan hanya kumpulan pemuda yang gemar: “mabuk-mabukan, dan IP-nya rendah”. Semoga saya dapat berdiskusi dengan warga TL yang lebih cerdas.
Heil Konsiliasi!!!.
Terima kasih…
LikeLike
udah.. biarin aja… nyushin aja tau nya tu timor..
LikeLike
duh….
LikeLike
Sejarah hanya kita bisa pelajari dan di diskusikan, bukan untuk jadi bahan untuk saling mengolok….
antara TIMOR LESTE dan PORTUGAL punya sejarahnya sendiri (pasti ada yg BAIK dan ada juga yg BURUK)
sama juga halnya TIMOR LESTE dan INDONESIA.
untuk apa saling menghujat…seharusnya sebagai warga negara di masing2 negara berkaca pada kondisi negara dan diri kita sendiri.
yang jelas sampai saat ini TIMOR LESTE masih dijajah oleh INDONESIA…..bukan penguasaan teritorial tapi MENTALITAS….
ini buktinya……
1) STASIUN TELEVISI INDONESIA masih menjadi pilihan masyarakat TIMOR LESTE, padahal BAHASA RESMI TIMOR LESTE bukan bahasa INDONESIA….
2) PARA PELAJAR TIMOR LESTE BERBONDONG BONDONG ke UNIVERSITAS KELAS KACANG di INDONESIA….padahal tahun 2012 ini UNIVERSITAS DI TL sudah akan menggunakan BAHASA PORTUGIS……
3) PARA PENGUSAHA TIMOR LESTE MENJADIKAN PULAU BALI SEBAGAI TEMPAT UNTUK MELAMPIASKAN NAFSU MEREKA DENGAN SELINGKUHAN DAN PEREMPUAN PANGGILAN.
4) ADA SEBAGIAN EKS MILISI DAN PRO OTONOMI YANG SAAT INI MENJADI PEJABAT BAHKAN MENTERI DI TIMOR LESTE
5) KONFLIK ANTAR PERGURUAN PENCAK SILAT YANG BERASAL DARI INDONESIA.
untuk penjajahan mental sangat susah untuk dimerdekakan…
LikeLike
Yang harus diperhatikan adalah:
1. yang anda baca di blog ini, tidak seluruhnya berupa hujatan seperti yang anda yakini
2. apa yang anda tuliskan di atas, bukanlah bentuk penjajahan, tapi bentuk lain dari betapa “lebih menjanjikannya (baca: berkualitasnya) Indonesia dibandingkan” Timor leste.
3. lucu juga ya, kalau anda bilang universitas kacangan. coba cek di internet, urutan ke berapa kampus-kampus kami di tingkat asia atau dunia. Jelas, jauh lebih baik dari kalian.
4. saran saya, open mind, biar lebih cerdas dan bijak…..
Salam
LikeLike
MASIH ADA BANYAK LAGI FAKTA MENARIK…..TAPI TUNGGU DULU LAHHHH….
LIAT DULU REAKSI NYAAAAA
LikeLike
silahkan berikan fantanya, kira-kira apa ya yang menariknya….jadi pensaran neh…..
LikeLike
Saya pikir sudah saatnya indonesia melakukan intropeksi diri dan rekonsiliasi internal tidak ada yang lebih penting dari itu .. tidak ada kebenaran yang absolut dari sejarah yang ada kita belajar dari sejarah, buat rakyat Timor Leste segeralah anda berbenah diri biar gak ketinggalan, percayalah mendoktrin generasi baru dalam memusuhi indonesia seperti penjajah yang jahat tidak akan ada gunanya.. kami pernah mengalami itu kalau itu terjadi akan merugikan anda sendiri di kawasan ASEAN yang akan menjadi global community di masa yang akan datang utk mengimbangi kekuatan besar di dunia. sudah saatnya kawasan ini menciptakan stabilitas yang mapan untuk memajukan kehidupan rakyatnya. masyarakat uni eropa, liga arab dll sudah lebih dahulu dlm hal ini. menurut saya, akan lebih baik kita mendiskusikan hubungan yang strategis ke depan yang saling menguntungkan antar Indonesia dan Timor Leste, jangan pernah lagi mau terbujuk rayu kekuatan besar yang memang tidak ingin melihat kawasan ini menjadi stabil dan selalu menjebak kita dalam hal-hal yang merugikan. ketika hubungan sedang hangat muncul masalah HAM sehingga masing2 dingin lagi dan terus naik turun sepertinya hubungan dua negara jadi jalan di tempat. hormat kami pada veteran dan pejuang Seroja dan juga pejuang Timor Leste, kami generasi muda akan melanjutkan perjuangan anda dalam bentuk jalinan kerjasama untuk pembangunan masyarakat Indonesia dan Timor Leste yang lebih maju.
LikeLike
Lebih damai….
LikeLike
Istemewah sekali komentar mas Akbar. Timor-Leste tidak akan pernah menuntut Indonesia akan pelangaran HAM yang dilakukan Wiranto pada 1999 dan juga jenderal lain yang berperanan penting pada waktu pedudukan selama 1075 – 1999.
Masih ingat jawaban Xanana kepa kedubes USA di Timor-Leste tahun 2011. Jika anda ingin saya membawa veteran Indonesia ke meja Pengadilan International anda HARUS terlebih dahulu menyeret Gerard Ford dan Henry Kissinger ke pengadilan International karena mereka juga dalan bersama dengan Soeharto.
LikeLike
Sungguh sangat disangat disayangkan administrator situs ini membiarkan komentar dari Timor Timur bisa masuk situs sebaik ini. Sebaiknya harus ada penyaringan agar komentar sampah dan tidak bermutu dari Timor Timur tidak boleh masuk ke situs ini. Mengapa? Timor Timur hanya melampiaskan dendam kepada satu pihak tanpa alasan yang kuat.
Alasan Mas Suciptohadi memang benar, banyak yang dikemukakan TimorTimur tidak berdasar, dengan menyebut univesitas di Indonesia kacangan. Padahal anjing saya mungkin lebih cerdas dari mahasiwa yang belajar di Timor Timur.
LikeLike
terima kasih atas perhatiannya. Sebagai informasi saja, saya sengaja memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada siapa saja yang mau berkomentar, dengan harapan semoga tidak mengurangi makna sesungguhnya seperti apa isi komentar yang terlontar. Orang dapat menilai, bukan?, mana yang bermutu atau tidak. Dengan begitu, Mas Iwan dapat meyakini bahwa anjing anda lebih cerdas dari mahasiswa di Timor timur….
Ps: saya akan perhatikan lagi komentar yang masuk, coba di saring. Thanks Mas Iwan….
LikeLike
There is nothing like returning to a place that remains unchanged to find the ways in which you yourself have altered.
Nelson Mandela
LikeLike
Jeronimo,
Salam damai dan Sejahtera
Untuk Mas/Pak atau lebih akrab kalau saya diinjinkan memanggil saudara Cip dan Iwan.
Perkenankan saya memberi komentar sedikti di halaman ini, Nama saya Jeronimo, Saya sangat tertarik dan telah menelusiru situs ini dan diskusi anda dengan banyak komentator karena kesan pertama pada awal diskusi ini sangat membangung, banyak informasi positif yang saya serap dan pelajari,termasuk reaksi dan tanggapan dari orang INA maupun orang TL yang sebagian kecil menhujat satu sama lain, dan tentu saya sadar itu dan berusaha untuk tidak malakukan itu. Lets start, Benar sekali dengan apa yg saudara Cip bilang, kita harus belajar dari sejarah dan bukan hanya belajar sejarah. Yang saya pahami artinya kita bukan hanya tahu tapi berusaha untuk tidak melakukannya lagi.correct me if I am wrong. Saya sendiri suka sejarah dan bukan hanya sejarah Di SEA termasuk TL dan INA tetapi juga sejarah di semua benua, apalagi konflik politik yang lagi hangat (Ex: Ukraina) yg nantinya akan jadi sejarah untuk warganya. Saya hanya ingin menceritrakan Sedikit pengalaman dari saya, sebelum memulai diskusi ini, tapi tidak bermaksud memojokan ABRI ataupun pihak tertentu, Pada masa referendum 1999, saya juga memberikan suara bersama orang tua dan dua kaka saya.Yang jelas kami semua memilih memisahkan diri dari RI Sangat di sayangkan, banyaknya masyarakat yang diteror, dianiaya bahkan dibunuh.tapi kita harus terima bahwa itulah resiko dari konflik dari sebuah perjuangan. itu realitas bukan fiktif buatan saya Saudara berdua pasti setuju, kalau yang melakukan teror, pasti dari pihak yang berkuasa alias punya senjata dsb, pada momen itu, ABRIlah yang memiliki kekuatan itu dan juga membentuk melisinya(Aitarak,Mahidi,Besi Merah Putih), seharusnya ABRI bisa majaga keamanan karena itu tugasnya.FALINTIL tidak berbuat apa2 setelah Xanana diCipinang mengeluarkan perintah untuk tetap dia tempatnya, Alasannya kita merdeka bukan karena peran kekuatan dan kemerdekaan itu sudah kita dapatkan. Bagaimana dengan pro kemerdekaan?.Tidak mungkin di lakukan oleh mereka karena tidak memiliki apa2, adapun yang membunuh tapi hanya untuk self-defence dengan batu,kayu samurai dsb. sebagian Falintil yang mau atau sudah menyerang ABRI namun dapat dihentikan oleh komandan mereka karena tidak terima apa ang sudah dilakukan ABRI dan mlisi2nya. Itu fakta bukan rekayasa semata hanya karena saya dari pro kemerdekaan dan itu harus diterima semua pihak. Sejarah itu perlu di ketahui dan di mengerti kebenarannya tapi sekedar untuk pengetahuan. Sekarang sudah rekonsiliasi, maski masih meninggalkan luka tapi harus di lupakan baik TL dan Indo. Saya pernah berpikir, seandainya Pihak Indonesia pada masa itu (1999), setelah hasil referendum itu di umumkan, dan Pemerintah Jakarta menyerahakan TL ke PBB untuk masa transisi melalui upacara khusu
Saya tidak mau berbicara tentang 1975-1998 atau bagaimana INA melakukan invasi karena itu sudah clear dari diskusi yang lain, Intinya INA/TL sudah di gunakan oleh barat (USA dan antek2nya) untuk menhapus komunis yang dipercaya dianut Fretelin tanpa pendekatan diplomasi ataupun Leaders INA yang ingin melakukan expansion (Mutualisme untuk Barat dan INA) dan kesalahan Fretelin, UDT dll tg telah melakukan peran saudara . Tapi itu perlu keberanian dan kejujuran untuk mengemukakan kebenaran oleh pihak2 yang terlibat. Saya kira Sebagian leaders sudah mengakuinya, baik itu dari Falintil dan Pro kemerdekaan maupun ABRI(TNI & POLRI) dan Milisianya, jadi kita sabagai penerus harus pandai2 baljar dan mengerti sejarah.
Saudara Cip memeiliki pengetahuan sejarah tentang TL dan pada awalnya sangat pandai menempatkan opininya pada tempat yang tidak menyakitkan perasaan orang Timor sendiri, dimana mereka sudah atau sebagian sedang mencoba mlupakan sejarah hitam itu. Tetapi, sebagian kecil diskusinya telah sedikit keluar dari posisi semula. Mungkin karena terpancing atau apa saya kurang mengerti. Tapi yang saya lihat, pada saat komentator dari INA yang sedikit menhujat, saudara Cip seakan memberi reinforcement atau meniyakan (support) Ex: tajemmm…merah deh kuping dan telinga orang timor leste….setelah Anza memberikan komennya, dan ada yang lain lagi, sadarkah anda itu sudah tidak baik pesannya?
Untuk Anza, sekarang orang Timor masih susah, tapi siapa tahu bisa maju pesat di masa depan, seperti Singapore, negara lebih kecil dari Timor, tidak punya natural resources tapi punya human resources. sebagai generasi penerus Timor leste, saya yakin. Buktinya banyak anak mudah Timor yang dikirim keluar Negeri untuk belajar, Hampir atau lebih dari 1000 orang yang baru wisuda kedokteran dari Cuba 2008-2013, tidak dihitung dari Indo dan negara ASEAN lainx,Brazil,USA,Fiji,NZ, Ausie dll, itu dibidang kesehatan saja, apalg bidang yang lain seperti petroleum diaman setiap thn ada 100 org ke Ausie,Norwegia dan NZ. Saya tidak mengerti, pertama berbicara tentang sejarah. tetapi ada komentator yang berbicara tentang miskin dsb. Jadi ini cuman mau mejawab komentar itu, tapi tidak mau menujukan/memamerkan. Memang TL masih perlu banyak membenah diri di banyak bidang lagi. Indonesia adalaha negara besar dan sudah majua dibanyak bidang. Aplg Indo merupakan negara terdekat yang mau tidak mau TL harus bekerja sama untuk memajukan TL yang nanti baik untuk Indonesia juga, terutama bagian Timur (specific Timor barat dan NTT seluruhnya).
ada juga komen yang saya mau tanggapi, seperti Timor leste jangan cengen karena Indo juga pernah dijajah dan mangalamai kekejaman. yang saya heran, Itu merupakan sejarah hitam dan tidak boleh di ulang lagi, tapi kenapa Indo yang harus melakukannya. ada lagi pancasila yang berbunyi “Pnejajahan di atas bumi harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan pri kemanusisan dan pri keadilan”. sangat berlawanan.
saya akui bahwa Versi sejarah tergantung dari siapa yang menceritrakannya ataupun tergantung dari sudut pandangnya, atau bagaimana menitrepretasikannya. Setiap orang akan merpertahan argumennya jika counter argumennya menjelekannya maskipun dia sudah salah tetapi dia tidak akan terima. Jadi. saya simpulkan bahwa, yang bisa menerima kebenaran adalah orang yang berhati besar. Atau, kita pura2 menjadikan diri sbagai orang lain agar bisa melihat dua orang,kelompok atau negara yang memiliki sejarah pahit, dengan begitu kita bisa mengambil kesimpulan.
Saya harap, anda bisa pahami apa yang telah saya tulis dan tidak menggangap sebagai lawan argumen tetapi sebagai teman diskusi, kalau ada komen balasan, saya siap untuk berdiskusi
Salam hangat
LikeLike
indonesia menjajah TL 100% aman dan tidak pernah ada masalah, makanya rakrya TL memilih merdeka relawat referendum thn 1999…
LikeLike
Masa seh???….sumbernya apa tuh???…
LikeLike
Mas sucipardi,
seharusnya anda sendiri sudah ada sumber sebelumnya dalam menulis judul artikel km ini. anda pasti punya referensi dan sumber banyak, dari asal usul timor-leste ini, timor leste ini punya siapa, timor leste sebelum dan sesudah tahun 1975, thn 1975-1999, berapa kali anda berkunjung Timor-leste sebelum tahun 1975, sesudah tahun 1975-1999, dan tahun 1999 sampai saat ini, kenapa terjadi penolakan oleh mayoritas masyarakat timor-leste dan tidak sukanya rakyat timor-leste pada pemerintahan suharto-indonesia lewat referendum 30.08.1999. sumber-sumber terjadinya referendum itu dari mana. ini yang perlu dicari dan diketahui.
Saya tertarik judul anda ini bagus, membuat kita semua bisa berpikir secara akademik dalam sejarah, terutama kita sebagai saudara tetangga yang bisa saling mengetahui kekurangan dan kelebihan diantara kita.
O iya dapatkah anda juga berpikir menulis artikel dengan judul “Indonesia Punya Belanda”? biar lebih terfokus dalam rumah tangga anda sendiri dan biar kita bisa menarik kesumpulan bersama atas masyarakat Timor-leste dan Indonesia. Akan dapat kita lihat solusi pemikiran tentang semua penjajah itu baik atau tidak? sinilah kita akan dapat muara pemikiran kita kawan..salam
LikeLike
Ya betul…..bagaimana kalau ada judul “Indonesia punya Belanda” pasti kita punya perspektif yang tidak baik…alias sangat menyakitkan
LikeLike
BUAT SAUDARA2 KU KITA JUGA HARUS LIHAT SITUASI DAN KONDISI DI NEGARA KITA SENDIRI JANGAN SAMPAI SUATU SAAT MEREKA INJAK KITA SEPERTI MALAYSIA YANG SEKARANG INI DI BANDINGKAN SAMA KITA TIDAK ADA APA2NYA.
LikeLike
Makin miskin tuh timor leste, sembako masih diselundupkan dari indo, kasian amat sih. Mknya mikir mikir klo mau merdeka, merdeka itu bukan cuman bathin. Tapi juga perlu makan kwkwkwk
LikeLike
Saudara Barera, kata-kata anda lucu. selundup itu kan kelakuan si pedagang, tapi saya akui sembako itu diimpor dari Indonesia. Timor-Leste adalah potensi pasar bagi Indonesia, kayaknya anda kurang paham dengan aktivitas perdagangan. selundupan itu bisa terjadi atas kesepakan antara yang punya barang dan yang punya uang atau penjual dan pembeli. Menurut prinsip ekonomi bahwa pembeli adalah raja bukan? kalau anda mau beritahukan kepada pemerintah anda hentikan kegiatan perdagangan di Indonesia karena kita sudah makmur tdk perlu susah-susah jual barang, tapi tinggal mandi, makan, pesiar atau rekreasi semua jadi turis saja.
LikeLike
indonesia akan menjadi negara yg maju jika dipimpin oleh org yg tepat. Saya bangga jd rakyat indonesia
LikeLike
dan Indonesia akan maju kalau pemudanya terus berkreasi dan berprestasi….
LikeLike
saya kira, diskusi akan menjadi lebih adil jika definis ditetapkan lebih dulu.
perlu ditekankan disini apa yg dimaksud dengan “jajah”, “penjajah”, “penjajahan”.
sehingga tidak ada yang main tuding siapa menjajah siapa tanpa cukup alasan untuk mewakili derivatif dari definisinya. sayangnya beberpa istilah dalam tulisan si pembuat blog maupun, maupun komentar para ‘tamu’ sama saja. bergerak di atas definisi pribadi sehingga yang timbul adalah perbedaan perspektif. yang tentunya sangat subjektif. maka mustahil pula mendapat suatu kesepakatan cara pandang.
Jika pun ini adalah media yg juga berbicara tentang sejarah, maka sejarah seperti apa yg kita pahami? sejarah yg ditampilkan sebagai suatu seni (yg diajarkan dengan tujuan tertentu) ataukah sejarah sebagai fakta aktifitas manusia di masa lampau.
benar bahwa yg terpenting adalah belajar dari sejarah, tapi kalau dalam memahami sejarah seperti apa juga kita tidak tahu (bahkan mungkin terbawa dengan kurangnya sarana bukti yang membawa kita kepada pengetahuan yg sebenarnya) maka mustahil duduk soal kita akan pahami dan lakukan yang terbaik di masa mendatang.
LikeLike
tidak ada yang mustahil dalam dunia ini….
LikeLike
semua komentar di atas benarrr……, tapi kalo timor-leste kembali ke indonesia itu hanya akan terjadi pada tanggal 32…, yang terpenting saat ini adalah kita menjadi tetangga yang baiklah,
LikeLike
setuju…
LikeLike
Saya melihat ada niat baik dan tulus dari pemimpin Timor Leste untuk melupakan masa silam. Tokoh-tokoh seperti Xanana dan Alkatiri merupakan sebuah contoh sosok yang memandang maa depan lebih baik.
Indonesia tidak menjajah Timor Timur. Apa yang dilakukan pada masa lalu selalam mereka menjadi bagian dari Indonesia adalah sebuah tugas atau pekerjaan.
Mengungkit masa lalu tidak akan ada batasnya. Saya salut dengan Xanana yang menolak diadakan pengadilan internasional terhadap perwira militer Indonesia. Bila ini terjadi, hanya akan lebih memuliakan bangsa Indonesia yang tak pernah menuntut keadilan apapun terhadap kejahatan Inggris, Portugis, Spanyol, Belanda atau Jepang terhadap kejahatan mereka selama disini.
Lebih baik melihat masa depan dan melepaskan sedikit perasaan nasionalisme yang berlebihan. Bagi saya Timor Lests tetap saudara dan bagian dari Indonesia secara kemanusiaan, meski secara politis mereka terpisah dari kita.
Menatap masa depan tidak pernah ada negatifnya.
LikeLike
http://blogs.crikey.com.au/northern/2013/12/09/when-mandela-met-xanana-soccer-suharto-and-getting-out-of-jail/
Mohon lihat refferensi diatas ats kerjasama Xanana dan SBY saat ini. Mari berterima kasih kepada Nelson Mandela.
LikeLike
mari meretass masa depan yang equal dan optimis…
LikeLike
senang rasanya membaca blog ini. selain karena dapat belajar banyak..dapat pula membuka wawasan..dan yang terpenting diskusi yang terjadi sangat menyenankan bagi saya. terima kasih
LikeLike
senang membaca blog ini.tidak kayak debat kusir dengan blog dari forumer malon malesia yang munafik di asean
LikeLike
Timor Leste menginginkan penentuan nasib sendiri dan itu telah kami capai, permasalahan Portugis, Indonesia tidak beda, portugal memiliki sejarah hitam dan mungkin lebih kelam dari indonesia di masa lalu,TNI muncul dengan reputasinya sehingga mencoreng wajah indonesia, tetapi itulah sejarah. Saya setuju dengan berberapa pendapat di atas bahwa yang paling penting bagaimana menatap ke depan dan sudah waktunya rekonsiliasi menjadi kata penengah untuk menyatukan perbedaan. Tidak perluh kita saling menyalahkan yang paling penting sejarah menjadi pelajaran agar kita semua saling berbenah diri.
Viva Timor Leste Viva Indonesia I love you Both
LikeLike
IYa, sudah sering kita sebutkan. Mari bergandengan, menatap masa depan lebih baik lagi….
LikeLike
Wah jarang neh orang TL yang pikirannya mendekati bijak. Thank yaa…
LikeLike
Tapi ingatlah dan lihatlah bahwa TUHAN itu ada !
Jika Indonesia akan lebih Raya lagi (besar)
Kecurangan pada referendum dan masa lalu harus dilupakan dan dibuang jauh-jauh.
(tentang kecurangan referendum saya lupa referensinya)
Salam Indonesia Raya !
LikeLike
Betul tuh, referendum curang!
LikeLike
Pemilu curang referendum curang, kecurangan itu ada di setiap pemilu termasuk PEMILU RI. masalah kecurangan biasanya diangkat dari pihak yang kalah tapi jarang ada pemilihan ulang, ingat tingkat kecurangan tdk mempengaruhi angka atau hasil yang…..
LikeLike
melihat diskusi ini, sya ckup tergugah, dan baru saja saya baca beritanya di tempo online, bahwa banyak petinggi TL yg kuliah di Indonesia seperti di UI, itu menunjukan bahwa TL msh bergantung terhadap Indonesia….
tetapi yang terpenting bukanlah hal itu, melainkan bagaimana kita melihat masa depan TL yg bergantung terhadap Indonesia, sedangkan msih menanam kebencian yg dalam sehingga muncul emo yg tinggi dan membangkitkan doktrin2 yg pda akhirnya mengarah ke hal yg menyesatkan.
anda mau share, silahkan kunjungi halaman ini di fb http://www.facebook.com/pages/Galaxi/348772981845337
terima kasih,
Moch Alansyah S
LikeLike
Salam..
LikeLike
Timor besar adalah kerjaan wewiku-wehali yang berpusat di Laran (sekarang masuk desa wehali-kecamtan Malaka tengah Kabupaten Belu-NTT) jauh sebelum Bangsa belanda dan portugal datang di Nusantara.. Dahulu ketika kerajaan Majapahit berkuasa, Wewiku-Wehali MERUPAKAN BAGIAN YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI MAJAPAHIT. SETELAH KERAJAAN MAJAPAHIT RUNTUH, KeRAJAAN WEWIKU-WEHALI TETAP EKSIS DENGAN PEMIMPIN Tertingginya benama MAROMAK OAN, dan dibawah maromak oan ada 3 LIURAI besar yang menguasai Wialyah Timur, Tengah dan Barat dari Timor. itu artinya, apapun alasan dan bentuk negaranya, orang Timor tidak mungkin saling melupakan.. bagi saya yang perlu di kecam adalah Belanda dan Portugal, krna dimasa lalu seenaknya saja membagi tanah TIMOR… kita yang ada di blog ini adalah generasi yang berhasil bertahan hidup melalui gejolak-gejolak itu.. jadi menurut saya yang harus kita lakukan adalah bersama-sama berpikir dan berjuang untuk membangun Tanah Timor.. TILES membangun Negaranya, Timor Barat membangun kampungnya supaya jangan ada lagi yang namA-NYA BUTA HURUF, KEMISKINAN dan sejenis lainnya. Tetap Semangat untuk Orang TIMOR dimana saja…
LikeLike
Bravo!! bangun bangsa!!
LikeLike
Timtim milik indonesia ,
kita semua pasti tdk rela dia lepas dari indonesia ,
I will reclaim ,!!
LikeLike
Jangan gitu akh, kaya Malaysia aja sukanya nge-klaim…..saya yakin, ada warga Indonesia tidak rela Timor-timur lepas dari Indonesia, namun ada pula WNI yang rela….biralah menjadi perjalanan sejarah Indonesia…
LikeLike
Timtim milik indonesia. ABRI-TNI memaksa untuk kembali ke Dili.
LikeLike
Salam kenal.
Semuanya hebat, Saya suka ini. Semoga kita semua bisa mencapi kesuksesan dan kemerdekaan, terutama Kita (Generasi Muda Indonesia) dimasa akan datang lebih Kreatif dan Inovatif. Sehingga kita bisa dengan tegap dan penuh percaya diri ketika berhadapan dengan siapapun dan dari bangsa manapun. Saya Bangga menjadi Bangsa INDONESIA, Saya Bangga menjadi Orang INDONESIA.
Salam
LikeLike
Mau pingin Timor Leste balik ke Indonesia…gampang saja
Tunggu PBB BUBAR
Tunggu Amerika Hancur dan terpecah-pecah
Tunggu Australia dikuasai Aborigin (kemerdekaan Australia yang seutuhnya)
Tunggu UNI EROPA RONTOK
cukup minta becking China dan Rusia,….. gampangkan
xananx xusmao
LikeLike
@maubere: “tidak menerima kekalahan”
pertama anda harus tahu saya orang indonesia tidak pernah suka dgn tipe seperti anda
1. indonesia tidak kalah juga tidak menang karena kami juga tidak mendapat apa2 dari wil.anda tanah gersang dan tandus minyakpun sedikit itupun dikuasai asing
2. integrasinya wilayah anda juga karena amerika menginginkan itu agar komunis tidak menyebar, jadi jangan sekali2 kita dikatakan ekspansi
3. saya tidak setuju jika selalu dituduh TNI pelanggar HAM mereka disana untuk bertugas bukan mati sia2, jika amerika tidak setuju integrasi, TNI juga tidak berangkat
4. anda memilih identitas porto dari eropa lalu kenapa malah ingin masuk asean/asia tunjukin budaya asli anda sebagai bangsa asia yg identik punya sopan santun estetika budaya sehari2, lalu kenapa memilih bahasa porto jika memilih asia
5. anda dulu pro merdeka alasan tidak sejahtera lalu kenapa setelah 10th mahasiswa anda dikirim sekolah belajar ke-RI kenapa tidak mandiri sendiri atau minta bantuan porto saja
6. kita menjajah, bunuh ratusan ribu yg benar aja kaleee, emang porto bangun apa dan kalo ada penghancuran infrastruktur saat jajak pendapat lagipula memang kita yg bangun dari subsidi, ya bolehkan kita bangun kita hancurin sendiri
7. kita bangsa kepulauan sudah berlumuran darah oleh adu domba bangsa2 eropa ratusan tahun, kita perang juga kita yg susah, dan eropa tinggal sedot minyak aja
7. kesimpulan-nya timor timur tidak ungkit sejarah lagi karena akan selalu menjadi “kerikil dalam sepatu”, saya tidak peduli dengan sejarah tapi kita hanya minta jauhi kami jangan kalian jelek2in kami dengan HAM, penjajah, kesejahteraan, dll atau ikut2an provokasi papua yg masih damai itu sudah cukup kami juga tidak mendapat apa2 dari anda kami sudah anggap hilang dari ingatan ok bye….
LikeLike
Terima kasih yah Allah akhirnya kami menjadi diri sendiri, tidak kubayangkan semakin lama dengan Indonesia pasti menjadi sarang teroris, mewariskan budaya tawuran, menciptakan jaringan korupsi kelas kakap, serta menjadi pengikut sumanto makan bangkai manusia. sadar atau tidak jurang antara miskin dan kaya sangat dalam, terlalu banyak mengekspor wanita keluar negeri menjadi pembantu dan pelayaan yang seenaknya diperlakukan dengan tidak manusiawi oleh kaum majikan di Arab, Malasya dan singapur. saya mengerti kalo terlalu banyak orang Indonesia yang memaksa diri untuk menjadi analis masalah sosial di negara orang lain sampe lupa dirinya sendiri namun yang perlu diingat adalah Timor leste tetap timor leste bukan milik sang penjaja portugal atau ataupun Indonesia.
LikeLike
Yang terpenting adalah kita bisa belajar dari sejarah, agar hal buruk tidak sampai terulang. Biarlah Timor Leste tetap tetap berdiri dan tidak perlu diharapkan kembali kepangkuan NKRI, dan satu hal yang utama dan sangat2 penting yg sekarang kita pikirkan adalah bagaimana caranya agar kesejahtraan saudara-saudara kita di Timor Barat bisa berkembang terus dan jangan sampai tertinggal dibanding negara tetangga kita Timor Leste, kalau sampai itu terjadi kita benar-benar tidak bisa belajar dari sejarah!
LikeLike
Benar. Meninggalkan masa silam yang kelam. Menatap masa depan yang terang bercahaya.
LikeLike
diskusi ini cukup baik, tpi perlu diketahui hubungan kedua negara sekarang cukup baik, bahkan sektor prdagangan smakin ditingkatkan. kalo ada mhasiswa timor leste belajar ke indo, harusnya kita bangga ,emang apa salahnya kk jadi mencibirnnya, namanya juga mencari ilmu , kan untuk kebaikan di seluruh dunia. saya brharap timor leste dpat mempercepat kmajuannya, khususnya di bidang ekonomi soalnya ntar bisa masuk ASEAN. masih banyak komoditi yang dibutuhkan indonesia , dan itu bisa menjadi peluang bisnis timor leste.
LikeLike
di Australia Uskup Belo berkata, “Mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim dan mayoritas penduduk Timor Timur adalah Katholik, berarti Muslim menjajah Katholik di Timor Timur!”
President Soeharto melakukan kesalahan besar, seharusnya Indonesia tidak masuk ke Timor Timur, karena Indonesia mengambil kawasan Timor Timur, maka pembangunan di Timor Timur dibiayai oleh Indonesia, ketika President Soeharto berkuasa.
Pemerintah RI memungut pajak dari rakyat Indonesia, mayoritas pembayar pajak adalah ummat Islam, seharusnya Pemerintah RI menggunakan pajak yang dibayar oleh ummat Islam untuk membangun propensi2 lain di NKRI (negara kesatuan Republik Indonesia) bukan untuk pembangunan airport, hotel dan infrastucture di Timor Timur
Kesalahan besar yang dilakukan oleh President Soeharto adalah masuk ke wilayah orang lain dan menjajah wilayah orang lain, padahal propensi2 lain di NKRI lebih memerlukan uang untuk pembangunan.
Akibat ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) masuk ke Timor Timur, maka President Soeharto harus menghabiskan uang rakyat Indonesia untuk pembangunan di Timor Timur.
Seharusnya President Soeharto membiarkan perang saudara terjadi di Timor Timur antara Fretilin dengan kelompok yang lain di Timor Timur, sampai Timor Timur hancur sendiri.
LikeLike
Jujur aja pada saat refredum dulu , gw berdoa semoga aja Timtim pisah dari Indonesia ,
Yess akhirnya Timtim lepas juga ………alasannya kenapa …..
Indonesia bukan cuman Timtim aja ……lagian apa yang mau direbutin di sana ……cuman bikin susah Bangsa Indonesia aja………
Sekarang buat kaka-kaka samua di sana ,,ngoni mo bilang torang penjajah atau apa kek ….itu ngoni pe hak , urus jo ngoni pe urusan sandiri ……yg pasti nyanda rugi kwa ngoni pisah …
LikeLike
I Love Timor-Timur…
Suatu saat qt pasti akan kesana..pergi melihat tanah kelahiran..
LikeLike
masalahnya apa?
LikeLike
judulnya provokative
LikeLike
Timur Leste Merdeka, Papua Mau Merdeka, Sulawesi Mau Merdeka, Kalimantas Mau Merdeka, Sumatra, Madura, Bali, Nusa Tenggara ?
Trus kenapa ?
Silahkan saja.
Kalo itu lebih baik.
Kalian Kan merasa sendiri itu lebih baik, ya bercerai saja kalo sdh tak harmonis lagi.
pernah terfikir gak, jika indonesia menutup semua jalur laut, darat dan udaranya. pada lewat mana kalian yang dari utara dan kalian yang ada di selatan?
apalagi kalian yang berada di antara NTT dan Papua.
LikeLike
org timor leste merasa lebih baik dan merasa lebih dekat dg Portugal skg dan Portugis di masa lalu. Semoga aja orang indonesia (jawa khususnya) tidak merasa belanda / netherland. di tomor leste, bhs portugis, budaya portugis mgkin apa lagi yang saya tidak tahu semua serba kebaratan/eropa (trus pribadi mu itu apa).
LikeLike
Saksi Hidup di dalam video ini 🙂
http://www.aljazeera.com/news/asia-pacific/2008/07/200871473015556581.html
LikeLike
tolong tanyakan ke sultan ernate ke-48 Drs. Moedaffar Sjah, BcHk, buku referensinya apa jdulnya, yang meuliska , kalo timor dibawah kekuasaannya ? penulisnya orang jawa apa orang eropa? .kayak nya napsu bgt nie penulis ngarang cerita belain negaranya kayak alatas di forum UN,…dasar pembelaan pencaplokan indonesia terhadap timor leste tu hanya berdasarkan cerita dongeng nga jelas sultan ternate!!!….bca juga buku buku laporan oleh para pelaut spanyol, belanda dan portugis …biar tamba wawasan…..kalo nga bisa bahasa portugis ama spayol……nga bakal tau sejarah yang jelas karna google translate sendiri kadang nga jelas juga terjemahan nya, nga beda jauh ama lo. asal caplok!!..pelaut spanyolah yang pertama kali menbuat peta pulau timor, itu sebelum, jaman portugis…..perdagangan memang ada, tapi ditimor sendiri dituliskan bahwa memiliki kerajaan besar sendiri!…ini soal kerajaan…..berapa sih kekuatan raja pada waktu itu? setauh saya di pulau jawa aja sudah ada banyak kerajaan, artinya luas wilaya kerajaan itu terbatas, karna memang kemampuan kerajaan untuk berkuasa itu terbatas….masa raja ternata ama lo berdua main caplok dari filipina sampe manggarai????? malah berdua ngomong seenaknya tampa ada referensi buku, catatan kaki? …..parah!
LikeLike
Salam..
Wah trimakasih,menarik dan sangat menambah wawasan. Saya pernah tinggal di TL medio 1991-1999 (masih SD)hehe.
Sy msh ingat beberapa tmn sklh yg anak asli TL, Asiku,Carlos.. Pengen ksna lg..hoho
Yg terpenting adalah,sebagai bangsa yg merdeka(INA-TL) sdh seharusnya kita bersikap dan bertutur layaknya org2 yg Merdeka yg Cerdas secara akedemik, emosional, Rohani dan Sosial.Nikmati hidup yg singkat ini dng menanam sebanyak bnyaknya benih kebaikan..(♓i 😀 ♓i 😀 ♓i 😀 g nyambung)
Salam hormat bt sodara-sodara dari TL..
Still love INDONESIA,,
Tanah Air Beta
LikeLike
datanglah dan bernostalgia bro….kita semua bersaudara…
LikeLike
salam kenal sahabat setanah air,meskipun timor timur menjadi timor leste saya mungkin satu satunya perwakilan dari kalimantan barat pontianak merasa masih berat kalau pulau sekecil apapun terpisah dari wajah indonesia ini.tidak sedap dipandang dari atas kalau ada pulau yg terpisah dari wajah indonesia,tulisan ini saya ketik dari negara yang ekonominya terkaya didunia saat ini,saya bela belain kuliah keluar negeri hanya untuk berpartisipasi dipemerintahan entah kapan mimpi ini akan terujud,semoga mahasiswa indonesia yg sedang berjihat didunia pendidikan ikut pulang bersama saya dan ikut memajukan indonesia menuju indonesia yang maju dan berdaulat.dan saya ingin mbertanya kepada semua yang ada disini bagaimana caranya kita menarik kembali pulau timor timur keindonesia?mari kita bincang bersama.oya teman teman bisa menambahkan fb saya SUDI ADI SULAIMAN SAMURIN. SALAM DAMAI INDONESIA
LikeLike
Timor leste ibarat batu kerikil di dalam sepatu Indonesia, Indonesia berjalan ke depan, terhalang oleh kerikil tersebut. Sehingga pantas lah Indonesia mengeluarkan kerikil tersebut agar bisa berjalan lagi ke depan.
LikeLike
ribuan meter diawali dari setapak langkah,, karena itu,, portugal hanya memoroti kekayaan alam timor leste dan menjadikan katolik sebagai aset yang tak ternilai,, sampai sekarang timor leste masih diporoti dengan versi yang sangat sulit untuk dipahami, krisis identitas, pergaulan bebas yang merusak masa depan generasi penerus bangsa timor leste hanya bisa disadari oleh orang timor leste sendiri, maka dari itu,,mari belajar budaya kita sendiri yang exsistensinya terancam namun mengrah ke satu kesatuan Nusantara yang sejati, karena Nusantara adalah sesunguhnya Milik kita Bersama,,indonesia kembali ke budaya trihita dan timor leste kembali ke budaya Fukun Tolu,,METAN HO MUTIN,, bisa menjelaskan keberadaan kita,, dan sisanya hanya mereka yang iri dan dendam untuk merubah fakta dari sejarah itu dengan menggunakan kelemahan kita dalam menyikapi budaya kita sendiri menjadi ujung tombak hancurnya MATAHARI BUMI NUSANTARA
LikeLike
mas fakta sejarahnya lemah, dari awal sesuai perjanjian KMB hanya mengakui bekas daerah Hindia – Belanda saja. Jadi jelas intervensi ke Timor Leste tidak diatur KMB. Timor Leste sampe 1975 adalah Koloni Portugis atau Timor Portugis, tidak ada urusan dengan Indonesia dan Hindia – Belanda. coba cek aja hasil KMB. (KMB dianggap legal dan memiliki kekuatan hukum)
LikeLike
Sejarah pasti akan BERULANG, catat “pasti akan BERULANG” tunggu sampe “kelaparan ekstrim” dan “matinya “TOKOH KHARISMATIK” dan “moncernya PEMIMPIN BERIKUTNYA” akan berulang menjadi “PRAHARA” dan pasti akan “KEMBALI LAGI”
LikeLike
Suciptoardi
Bung saya ingin berkenalan dengan anda, ingin belajar banyak tentang sejarah. Saya suka cara pandang anda. Cara pandang tanpa emosional.
Boleh minta salah satu akun anda (FB/Bbm/Twitter/Wa) ??
Masih banyak sejarah lain yg kami butuhkan dari sudut pandang netral anda. Kami haus ilmu untuk dunia yg lebih baik
Mohon dibalas ke email sy,
Fathul Azis Nashir
zies777@gmail.com
LikeLike
Trimakasi yg membuat blog ini, yang membuat blog mengatakan timor leste perna di kuasai ole sultan ternate, tetapi orang indonesia sendiri menulis sejarah tentan kedatangan orang makal di pulau timor, meyebut kerajaan di timor yang di pimpin oleh kam oan =Sina Mutin Malaka satu-satu kerajaan yang lolos dari pengaruhnya Hindu dan islam spt di negara asian lain, saudara menklaim perna di kuasai ole sultan ternate, knapa ternate pengaru hindu budah dan muslim sementara kerajan dari timor tida pengaru, dalam logika wilaya bawahan harus tunduk kepada raja atau yang kuasai?. soal ini saya butuh penjelasan yang detail berdasar fakta, dan sumber, bukan soal logika, kalau saudara pake logi tentan sejarah itu eros atau tidak benar, rumus sejarah adalah fakta !!!! saya tungu jawaban bung.
LikeLike
Tak perlu jauh belajar sejarah panjang lebar untuk mencari kebebaran, karena pada hakikatnya kebenaran itu relatif, tidak akan pernah bertemu kemutlakan disitu, contoh saja di Indonesia pada masa kemerdekaan, Belanda menolak kemerdekaan NKRI dan berencana membentuk negara dengan sistem federal yang mana juga didukung oleh beberapa putra asli Indonesia karena menganggap itu lebih baik, mungkin karena realistis dengan kemampuan militer Belanda yang tidak bisa dikalahkan, ataupun memang merasa cocok dengan sistem federal, tapi di sisi lain putra Indonesia yang lain meyakini kalau kemerdekaan harus diperjuangkan dan bukan dari pemberian Belanda, serta banyaknya keberagaman di Indonesia membuat mereka yakin sistem federal justru akan memecahbelah persatuan, oleh karena itu mereka memperjuangkan NKRI.
Sekarang kembali ke permasalahan Timor, semua perdebatan diatas sebenarnya tidak perlu dibahas secara rumit dan detail secara akar sejarahnya, cukup diuraikan dengan permasalahan sekitar tahun2 integrasi saja, kalau saja pihak Indonesia tidak menggunakan cara-cara kekerasan, dan lebih memilih pendekatan politik, sosial budaya, mungkin hasil akan lain. Okelah kalau pada tahun awal2 integrasi (1975-1978) jalan invasi adalah satu2nya cara Indonesia masuk ke Timor, maka memang itu harus dilakukan, justru kesalahan dimulai sejak selesainya operasi seroja, alih-alih memenangkan hati warga timtim, pihak militer malah mengundang kebencian dari warga sipil dengan perlakuan yang saudara2 sendiri pasti sudah paham, padahal setelah integrasi tersebut sebenarnya peluang mengambil hati rakyat timtim sangat besar, kita tentu ingat penderitaan warga yang harus ikut naik gunung bersama fretilin, yang merupakan stategi agar di kota2 pihak Indonesia tidak bisa mendirikan pemerintahan karena tidak mempunyai penduduk. Di gunung2 pun mereka terjebak di tengah pertempuran, bahkan fretilin melarang warga turun hingga kelaparan dan timbul korban jiwa yang sangat besar. Di saat-saat inilah fretilin popularitasnya turun drastis, yang harusnya hal ini dimanfaatkan oleh pihak Indonesia, tapi apa daya warga yang turun gunung malah menjadi bulan-bulanan militer juga pada akhirnya karena terjadi kecurigaan dan kekerasan besar-besaran terhadap warga yang disinyalir menjadi simpatisan fretilin (padahal mereka sebenarnya juga dipaksa naik gunung) dan hal itu terus terjadi hingga tiba saat referendum hingga mengakibatkan popularitas Indonesia semakin rendah. Coba bayangkan apabila dengan pembangunan yang telah dilakukan Indonesia, dilengkapi dengan pendekatan budaya, sosial politik yang halus dan humanis, tentu popularitas fretilin akan semakin jatuh karena warga merasa dihargai sebagai bagian dari WNI dan semua hak-haknya dipenuhi termasuk rasa keadilan, maka saya yakin apabila referendum terjadi setidaknya 60% warga timtim tetap memilih Indonesia terlepas dari apapun pro kontra sejarah yang saudara-saudara utarakan di kolom komentar diatas saya, toh Portugal juga sempat menyayangkan proses integrasi Indonesia yang amat brutal, tidak seperti harapan mereka yang berjalan mulus seperti di macau dan goa yang bisa bergabung dengan Tiongkok dan India, munkin hanya seperti itu pandangan saya dari beberapa literatur yang saya baca, mengingat saat referendum usia saya baru 4 tahun sehingga saya belum benar2 bisa memahami apa yang terjadi dengan saudara-saudara saya di timtim pada saat itu, juga dengan permasalahan Papua sekarang, tentu sangat berbeda dengan apa yang telah terjadi di bumi Lorosae dahulu, mungkin masalah Papua tidak cocok kalau saya bicarakan panjang lebar disini, akhirnya saya akhiri, salam untuk saudara2 saya serumpun
LikeLike