Ada kabar baru tentang SAS Online. Sepertinya dugaan teman saya sekitar 4 tahun lalu, kini terlihat jelas…

Selamat membaca email berikut yang terbit di milis SAS Online DKI Jakarta.

Koordinator Tim Pengembang SAS wrote:

PENGEMBANGAN DAN PENYEMPURNAAN SAS

To: sas_sma_dki@ yahoogroups. com, ka-sma-dki@yahoogro ups.com
Date: Wednesday, February 11, 2009, 10:00 PM

Para Milister Yth.
1. Kepala SMA Negeri/SWasta
2. Para ADMIN dan User SAS

Sejak diluncurkan di tahun 2004 dalam bentuk offline system, SAS kita kini telah menginjak tahun ke 5 usianya.
Kini, setelah menjadi salah satu icon pendidikan di DKI Jakarta (diresmikan Bapak Fauzi Bowo Gubernur DKI Jakarta bulan Oktober 2008 tahun lalu di Balai Agung DKI Jakarta) sebagai official school administration system yang berlaku di seluruh SMA di wilayah provinsi DKI Jakarta, tidaklah membuat Tim Pengembang berhenti bekerja.

Pengakuan dan penghargaan atas hasil kerja keras kita semua ini patutlah dikembangkan dan disempurnakan. Ada beberapa hal yang telah dan yang akan dirintis sebagai pengembangan dan penyempurnaan sistem, tidak hanya dari segi softwarenya tetapi juga dari segi manajemennya.

A. Dari segi Software, yaitu :

1. Tim Pengembang akan segera meluncurkan sebuah Buffer, yaitu sebuah program yang dirancang sebagai jembatan (bridge interface program), yang dapat memfasilitasi User (para Guru) agar dapat lebih cepat mengentri sekor menjadi nilai secara offline. Hasil entrian sekor yang dikerjakan secara off-line tersebut dapat menjadi nilai setelah Admin mengekspor sekor tsb. ke Server SAS pada waktu-waktu yg telah ditetapkan, misalnya seminggu sekali. Dengan demikian setiap User dapat mengatur waktu entri sesuai kebutuhan. Dasar pemikirannya : SAS harus dapat dikerjakan secara mandiri dan bebas, merupakan pekerjaan rutin, bukan lembur yg harus menyita waktu untuk keluarga.

2. Transparansi, di mana subyek ( siswa dan orangtuanya ) dapat mengakses Server SAS agar nilai-nilai kompetensi dapat diamati dan diantisipasi, terutama jika ybs. harus mengikuti remedial untuk IK atau KD atau SK yang belum tuntas. Pola keterbukaan ini adalah tahap kematangan sistem, dimana harus ada entitas yang merupakan Pengontrol dan Pengamat dalam sebuah sistem. Ini adalah bentuk sesungguhnya dari apa yang disebut Pengawasan Melekat, di mana Pelaku Sistem dimonitor secara langsung oleh Penggunanya secara on-line. Bentuk akses yang sedang dirancang adalah berupa NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) sebagai User IDnya didampingi dengan Password yang dibuat oleh Siswa/Orangtuanya.

Program Buffer akan diluncurkan di akhir Maret 2009. Program ini dapat dimiliki oleh sekolah dengan cara memesan. Pemesanan dapat dilakukan melalui Tabel Pemesanan BUFFER BRIDGE Program yang disediakan di milis Kepala Sekolah.

Program Akses akan segera diluncurkan setelah Dinas Pendidikan menyiapkan sarana Harfware yang dibutuhkan untuk storage personal access dalam waktu tak lama lagi. Diharapkan semua SMA baik Negeri dan Swasta telah tuntas mendaftarkan seluruh siswanya untuk mendapatkan NISN di Sudin-sudin setempat.

B. Dari segi Manajemen Sistem Fasilitasi

1. SAS akan dilengkapi dengan Tim Fasilitator yang kuat, tangguh dan profesional. Manajemen Fasilitasi sangat diperlukan sebagai backup dan supporting system agar pemberian bantuan dalam hal bimbingan teknis dan operasional ke sekolah-sekolah dapat berjalan dengan lancar.

2. Tim Fasilitator SAS akan dibentuk di setiap kecamatan untuk mendekatkan pelayanan.

3. Tim Fasilitator SAS selain melibatkan para Super Admin (ex. Penatar SAS) yang dinilai mempunyai dedikasi dan komitmen yang tinggi, juga terbuka untuk para User yang dinilai mempunyai prestasi, dedikasi dan keaktifan dalam membantu rekannya dalam milis.

4. Tim Pengembang akan melatih para Calon Fasilitator tersebut khususnya untuk menyelenggarakan IHT pengoperasian program Buffer ke sekolah-sekolah yang memesan program tersebut.

5. Para Fasilitator tersebut akan membentuk Posko-posko dalam wilayahnya untuk mendekatkan diri kepada Usernya agar secara efektif-efisien dapat dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah sekitarnya.

Sekian.

A***
————————-

Email diatas, saya tanggapi dengan mengirimkan balasannya ke milis. Berikut email tersebut.

Untuk Koordinator Tim Pengembang SAS dan All user SAS

Sebelumnya perlu dipahami, apa yang saya tulis atas nama pribadi, bukan institusi, apalagi menggurui. Ini hanya sekedar opini, semoga dapat diterbitkan oleh owner milis….

Perubahan menuju perbaikan adalah sebuah keharusan di jaman informasi ini, termasuk pula dalam dunia pendidikan. Saya menyambut baik. Sejak SAS Offline hingga Online kini, saya termasuk orang yang setuju penggunaan internet dalam pola pembelajaran, salahsatunya pengolahan perencanaan dan nilai melalui portal SAS. Namun disisi lain, saya termasuk orang yang kontra dengan SAS, terutama perubahan yang dibawanya, tidak disiasati dengan baik. Maksudnya ialah, bagi saya hingga kini, pihak yang bertanggungjawab tentang SAS, tidak menyiapkan dengan maksimal strategi apa yang harus dilakukan ketika proses perubahan dari manual ke digital terjadi.

Bagaimana pertanggungjawaban tentang nilai siswa yang amburadul?, guru yang kemudian tidak melayani siswa/i dengan baik karena guru sibuk dengan SAS, terutama dalam proses pengisian SAS?. Ingat wahai insan berpendidikan, siswalah yang dirugikan, dengan peristilahan “beware raport Aspal” dan realitas lainnya yang adaaa….Apakah selamanya Jakarta akan memiliki “guru asal”, asal ngajar, asal masuk, asal isi skor?.

Untuk menanggapi realitas itu, maka selama berhubungan dengan SAS, adalah tidak bijak mengatakan: “itu tanggungjawab” sekolah dan guru bid. Studi. Bagaimana mungkin, misalnya, rumah saya kebanjiran yang disalahkan adalah pihak yang gemar buang sampah sembarangan?. Dimanakah Pemda DKI Jakarta? Quo vadis logika?. Banyak yang bungkam, padahal di dunia internet, suara protespun banyak, namun pihak berwenang sama sekali tidak menanggapi dengan serius. Bahkan, seringkali emosional, dan “blokir sana-blokir sini”, diskualifikasi, atau dikeluarkan dari komunitas. Itu pilihan, bukan?.

Selanjutnya pola “down to earth” yang akan dilakukan Maret 2009, mengingatkan saya pada perubahan Orba ke Reformasi. Dari sentralistik ke otonomi daerah, khususnya otonomi sekolah. Pertanyaannya, apakah Tim Pengembang sudah mempersiapkan strategi yang tepat “apa yang harus dilakukan” terhadap situasi perubahan yang akan dibawanya?. Apakah sudah diperhitungkan dengan baik?, kalau sudah, ya silahkan saja, toh sebagian pemegang kebijakan ada ditangan Tim Pengembang. Saya berharap, harga yang ditawarkan, janganlah memberatkan sekolah swasta yang juga ingin mengenyam kenikmatan teknologi dan pengetahuan. Setidaknya, semoga tidak muncul suara miring tentang SAS yang berbau komersial, jualan, dan seterusnya.

Saya merasa senang membaca surat ini. Good news, sahut salah satu SMA. Good bagi perkembangan teknologi didunia pendidikan, khususnya Ibu Kota NKRI. Dan, jangan lupa, Good juga untuk anak didik. Saya berharap tidak akan hadir: “bad news is a good news”. Selamat untuk Tim Pengembang SAS, dan Lulusan Jerman, Fauzi Bowo atas dukungannya.

Salam,

c1p